Cerita Rahmat Petugas Haji Difabel Layani Tamu Allah Sepenuh Hati: Saya Mampu dan Tidak Merasa Cacat
Keterbatasan bukan halangan bagi Rahmat untuk maksimal melayani duyufurahman (tamu Allah). Ia merasa tak ada kekurangan dan tetap sigap jadi PPIH.
Penulis: Anita K Wardhani
Saat menginjakkan kaki di Masjidil Haram, Rahmat pun berdoa dan terus bersyukur atas karunia dari Illahi ini didapatkannya.
Ia pun menyelipkan doa agar bisa kembali ke Tanah Suci, berdoa bersama keluarga dengan istri dan kedua anaknya.
"Doa saya di depan Kakbah, ingin ke sini bersama keluarga," ucapnya lirih.
Pengalamannya membantu jemaah haji lansia membuatnya bertekad dalam doanya berharap keturunannya kelak bisa ke Tanah Suci saat usianya masih muda.
"Melihat jemaah tua, lansia tak tega. Saya ingin keturunan saya kelak bisa ke sini (Kakbah) jika usianya muda lebih sehat tenaganya," harap Rahmat.
Pesan Rahmat untuk Difabel: Yakinlah Kekurangan Kita Itu Munculkan Kelebihan
Terakhir, Rahmat berpesan pada sesama teman difabel.
Menurutnya, tidak ada larangan kesetaraan difabel, bahkan pemerintah mendorong kesamaan kaum ini sebagaimana layaknya orang kebanyakan.
"Yakinlah ada kelejihan di balik kekurangan kita. Orang lain boleh terlihat sempurn, tapi saya yakin ada kekurangan, Nah tinggal kita munculkan kelebihan kita ini. Yakin kita bisa," pungkasnya.