Pornografi Ternyata Dipergunakan Sebagai Senjata dalam Perang Dunia II
Mengapa pornografi dimasukkan ke dalam strategi perang? Berikut penjelasan taktik tersebut
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Goebbles memangku wanita
Bukan cuma Jerman dan Jepang yang memakai pornografi sebagai salah satu strategi untuk mencapai kemenangan. Amerika juga.
Kantor Penerangan Perang milik AS membuat gambar-gambar Goebbles memangku wanita setengah telanjang. Geobbles memang tefkenal senang wanita dan kadang-kadang mempunyai simpanan aktris.
Setidak-tidaknya ada 3 buku yang mengungkapkan bahwa AS mempergunakan pornografi dalam Perang Dunia II sebagai bagian dari strateginya, yaitu The Spymasters oleh Charles Whiting, The Secret History of America's First Intelligence Agency oleh R. Harris Smith dan dokumen Final Report of Production and Distribution from July 15, 1944 to May 15, 1945.
Dalam bukunya R. Harris Smith menyatakan sekelompok psikoanalis berpendapat bahwa negara totaliter Nazi bisa ditaklukkan kalau Hitler dimusnahkan secara psikologis. Tanpa kendali Fuehrer yang kuat negara itu akan berantakan.
Berton-ton bahan-bahan porno harus dijatuhkan oleh pesawat pembom di dekat markas besar Hitler dengan harapan Fuehrer akan keluar, melihat foto-foto wanita telanjang, dalam pelbagai pose yang menggiurkan dan jatuh ke tanah dengan mulut berbusa karena serangan gila yang hebat.
Tetapi ada perwira yang menganggap ahli-ahli itu sendiri yang gila dan menyatakan kepada mereka bahwa tidak ada satu pun penerbang AU yang boleh menghadapi risiko besar untuk melaksanakan gagasan gila itu.
Versi lain menyatakan hal ini tidak dilaksanakan karena kekurangan pesawat terbang.
Inggris mengakui menyebarkan gambar dengan tulisan porno di front Jerman. Mereka juga mempergunakan taktik memecah belah sebab gadis Jerman digambarkan bercintaan dengan tentara berambut hitam (Italia) padahal masa itu Jerman sangat ingin mempertahankan ke "arya" annya.
Teknik sama di Korea dan Vietnam
Salah satu gambar porno yang disebarkan Inggris ialah sebagai berikut: Dibuat daftar menu untuk perjamuan pada pesta Nazi.
Menu itu terdiri dari makanan-makanan mahal yang langka waktu perang. Di tepi-tepinya digambari pria dan wanita dalam adegan-adegan yang merangsang.
Juga orang-orang Jerman mengumpulkan selebaran-selebaran ini untuk kenang-kenangan dan malah memperjualbelikannya di antara sesama tentara.
Inggris juga memiliki proyek pembohongan pada masa itu, yang bisa dibaca dalam buku The Big Lie oleh John Baker White.
Untuk tentara Jerman yang sedang menduduki Yunani dijatuhkan kartu-kartu yang menggambarkan pria-pria Italia yang romantis dan pria-pria Norwegia yang jantan diberi penginapan di rumah-rumah atau di dekat rumah-rumah tentara Jerman yang sedang berada ribuan kilometer dari rumah.
Armin Hull yang merancang dan mencetak gambar-gambar porno Inggris waktu itu beranggapan bahwa strategi ini cuma membuang-buang waktu.
Menurut para ahli-sejarah, supaya propaganda berhasil, syaratnya ialah bahwa yang dinyatakan itu betul. Kalau mereka yakin bahwa yang dikatakan itu betul, mereka akan percaya dan dikuasai.
Tetapi kalau ketahuan bohong, maka cuma akan jadi bahan tertawaan.
Pornografi yang kasar seperti yang banyak dibuat pada Perang Dunia II tidak akan efektif.
Menurut hasil riset yang dilakukan selama ini, selebaran yang secara eksplisit memperlihatkan tindakan seksual cenderung memperbesar semangat, bukan meruntuhkannya.
Kekuatan-kekuatan besar kini sudah tahu dan tidak mau lagi menghibur tentara musuh yang kesepian di tempat terpencil yang terletak di garis depan.
Gambar istri atau pacar yang sedih atau menangis lebih positif hasilnya. Kedua belah pihak mempergunakan metode ini pada masa Perang Korea.
Istri digambarkan duduk menangis di rumah dan menyatakan betapa sedihnya mereka ditinggal suami. Dalam perang Vietnam dipakai teknik yang sama.
Sampai saat ini di Fort Bragg, AS, psikolog-psikolog terus mengadakan riset dan menulis propaganda untuk perang-perang yang akan datang. (Soldier of Fortune)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1981)