Donald Trump Perintahkan Bunuh Jenderal Iran untuk Hentikan Perang, tetapi Nyatanya Tak Semudah Itu
Donald Trump Perintahkan Bunuh Jenderal Iran untuk Hentikan Perang, tetapi Nyatanya Tak Semudah Itu
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Pemerintahan para mullah masih berkuasa saat ini, para mullah yang sama dengan yang dilayani Jenderal Soleimani.
Ketika orang-orang Iran memberontak terhadap Shah, mereka menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran, menyandera banyak diplomat Amerika dan Marinir, mengarak mereka di televisi internasional, seperti yang terlihat dalam film Hollywood 2012 berjudul "Argo."
Saat itulah perang ini dimulai, bukan dengan serangan drone minggu lalu.
Pada tahun 1983, Iran meledakkan markas Marinir di Kedutaan Besar AS di Beirut, menewaskan puluhan orang.
Presiden Ronald Reagan meninggalkan Lebanon dan nampaknya Iran telah mengusir AS dari wilayah tersebut.
Pada tahun yang sama, seorang pria Irak bernama Abu Mahdi al-Muhandis membom Kedutaan Besar AS di Kuwait.
Meskipun ia sempat melarikan diri, ia selamat dengan bantuan Iran.
Abu Mahdi al-Muhandis dijatuhi hukuman mati di Kuwait karena pemboman.
Namun, ia tidak muncul dalam persidangan dan diyakini pergi untuk membantu membajak pesawat penumpang.
Agen-agen intelijen Barat juga menuduh Abu Mahdi al-Muhandis terlibat dalam pembajakan sebuah pesawat Kuwait pada tahun 1984 dan percobaan pembunuhan seorang pangeran Kuwait.
Tentara Amerika Tersebar di Timur Tengah
Abu Mahdi al-Muhandis, yang juga dikenal dengan Jamal Jafaar Mohammed, dua kali terpilih masuk dalam Parlemen Irak demokratis bentukan Amerika setelah jatuhnya diktator Saddam Hussein.
Ia adalah orang kepercayaan Soleimani nomor satu di Irak, di parleman di bawah militer Amerika.
CNN lah yang pertama kali memeriksa identitas asli Abu Mahdi al-Muhandis tahun 2007 lalu.