Donald Trump Perintahkan Bunuh Jenderal Iran untuk Hentikan Perang, tetapi Nyatanya Tak Semudah Itu
Donald Trump Perintahkan Bunuh Jenderal Iran untuk Hentikan Perang, tetapi Nyatanya Tak Semudah Itu
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Awalnya, Amerika tidak percaya.
Namun setelah pemerintah Amerika melakukan mengecekan, barulah dikonfirmasi bahwa pengebom kedutaan tahun 1983 lalu berada di parlemennya sendiri.
Saat kedoknya terbongkar, Al-Muhandis melarikan diri dari Baghdad untuk menyeberang ke Iran.
Di hari tewasnya Soleimani, 3 Januari 2020, Al-Muhandis berada di sana.
Ia berada di bandara Baghdad Irak untuk menyambut sang jenderal.
Pesawat Soleimani baru saja mendarat dan ia sedang bersama Al-Muhandis dalam konvoi meninggalkan bandara ketika drone menyerang, membunuh mereka berdua.
Pembunuh, tapi Bukan Teroris
Soleimani disebut sebagai pembunuh yang telah menghilangkan banyak nyawa Amerika.
Bahkan Presiden Trump menyebutnya sebagai sebagai teroris.
Soleimani melatih tentara dan mempersenjatai mereka.
Soleimani bertempur dalam perang Iran-Irak tahun 1980-an, versi dunia modern dari Perang Dunia I di mana ada serangan gas kimia, pembunuhan, dan pertumpahan darah yang diharapkan dunia tak akan pernah terjadi lagi.
Soleimani naik pangkat militer hingga menjadi pemimpin pasukan militer elit bernama Pasukan Quds atau Angkatan Yerusalem.
Iran memiliki dua tentara, angkatan laut dan angkatan udara.
Satu untuk melindungi negara.