Para Dokter di Pakistan Unjuk Rasa Minta APD, Polisi Malah Bertindak Brutal, Pukuli Pakai Senapan
Seorang dokter di Pakistan unjuk rasa akibat kekurangan APD, ia malah diseret ke jalanan dan dilempar ke truk.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
Termasuk tidak adanya ruangan isolasi untuk dokter yang telah terinfeksi.
Di seluruh Balochistan, yang telah menjadi pusat wabah virus corona di Pakistan, hanya ada 19 ventilator.
Padahal negara ini telah melaporkan 4.000 kasus, tetapi tingkat pengujian rendah dan dokter percaya angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
"Ada banyak tekanan psikologis dan trauma."
"Karena kami tidak tahu berapa banyak pasien yang telah kami infeksi atau akan menularkan," kata Amanullah.
"Karena itulah kami memutuskan untuk berbaris dan menuntut APD."
"Bukan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk menyelamatkan nyawa banyak orang," ujarnya.
Baca: Bendung Penyebaran Corona, Pakistan Berlakukan Lockdown di Sejumlah Provinsi
Baca: China Bakal Kirim 100.000 Pasukan Bebek ke Pakistan untuk Hadapi Serbuan Hama Belalang
Merawat pasien corona tanpa APD seperti bunuh diri
Sementara itu, Younas Elahi, seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di Quetta, mengatakan bagi rekan-rekannya di wilayah yang belum diberi APD, seperti bunuh diri saat merawat pasien virus korona.
"Dokter bunuh diri di rumah sakit dengan merawat pasien tanpa APD," kata Elahi.
"Mereka tidak memiliki peralatan yang aman. Di sisi lain, pemerintah malah melakukan kekerasan terhadap dokter," jelasnya.
Tanpa peralatan keselamatan yang tepat, dokter tidak punya pilihan selain menolak merawat pasien coronavirus, lanjutnya.
Untuk itu ia menggambarkan situasi (dokter merawat tanpa APD -red) sebagai hal yang "gila".
"Kami sangat rentan terpapar dan itu membuat saya menangis ketika saya melihat pasien meminta bantuan tetapi dokter bahkan tidak bisa menyentuh mereka."
"Fasilitas kesehatan di sini menyedihkan ... Saya pikir pandemi ini tidak dapat diobati di Balochistan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)