Kisah Haru Paskalis, Anak Petani di Pedalaman Papua Berjuang Meraih Mimpi Sekolah S2 di Amerika
Merasa kasihan melihat Paskalis yang selalu berjalan jauh, ia lalu menawarkan tempat tinggal yang lebih dekat.
Editor: Hasanudin Aco
Lulus SMP, Paskalis lalu pindah ke Distrik Minditanah, untuk melanjutkan pendidikan SMK selama tiga tahun. Pada waktu itu ia tinggal bersama seorang kakak asuh. Komunikasi dengan keluarganya pun terputus.
“Nggak ada komunikasi lagi sama ibu, karena mereka tinggal di kampung yang jauh kan, di kamp pengungsian. Jauh sekali, pas di perbatasan, jadi susah komunikasi,” jelas mahasiswa kelahiran tahun 1989 ini.
Selama tiga bulan pertama, kakak asuhnya membantu pembayaran uang sekolahnya. Namun, setelah itu ia harus mencari jalan sendiri, untuk bisa melanjutkan pembayaran uang sekolah.
“Kita sekolah cuma setengah hari, dari jam 8 sampai jam 1. Jadi, biasa sore hari itu saya angkat pasir, angkat batu pasir di salah satu sungai, untuk cari uang. Simpan untuk bayar setiap SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan.red). Kalau makan, biasa saya makan setiap hari dengan kakak asuh, di mana saya tinggal,” ceritanya.
Baca: Cerita Pendiri McDonalds Jungkir Balik Membangun Bisnis dari Nol, Pernah Merasakan Ditipu
Jalan Panjang Membangun Sektor Pendidikan di Papua
Berhasil tamat SMK, Paskalis lalu bekerja sebagai guru Bahasa Inggris murid kelas 3-6 di SD Negeri 2, di kabupaten Boven Digoel, selama satu setengah tahun.
Ia pun kembali termotivasi untuk terus melanjutkan pendidikan, untuk mengubah nasib hidupnya.
“Tidak boleh sama seperti orang tua lagi,” begitu katanya.
Tahun 2011, Paskalis memutuskan untuk merantau ke Merauke dan kuliah di Universitas Musamus Merauke, jurusan pendidikan bahasa Inggris.
Ia memilih jurusan ini, mengingat belum banyak guru Bahasa Inggris di daerah raya Boven Digoel, juga Papua Selatan.
“Bahasa Inggris sangat penting dan termasuk dalam Ujian Nasional. Maka harus SDM-nya cukup, untuk menjawab persoalan kekurangan tenaga guru bahasa Inggris,” jelas pria yang hobi berburu ini.
“Puji Tuhan dapat berkat,” Paskal berhasil meraih beasiswa Bidikmisi.
Ini merupakan beasiswa di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang diberikan kepada calon mahasiswa yang kurang mampu, namun memiliki potensi baik di bidang akademik.
Karena tidak ada keluarga di Merauke, ia lalu menumpang tinggal di pastoran Katolik di Merauke, yang jaraknya sekitar 1-2 jam jalan kaki dari kampus, selama tiga bulan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.