Kisah Marinir Muslim AS yang Bertugas Saat Serangan 9/11: Sungguh Menyayat Hati
Peringatan 19 tahun Serangan 11 September atau 9/11 mengembalikan kenangan lama bagi veteran marinir muslim AS yang bertugas waktu kejadian.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
"Saya hanya mengatakan, sayangnya, rasisme dan kefanatikan juga ada di dalam angkatan bersenjata," ungkap Mansoor.
Meski kekacuan akibat 9/11 mempengaruhi kehidupan Mansoor, dia mengaku masih tetap setia pada sumpah yang diambil sebagai Marinir AS.
"Saya menjangkau kepemimpinan saya untuk membuat mereka menyadari uniknya latar belakang saya," katanya.
"Saya siap mati untuk negara saya. Ini adalah pola pikir saya. Ini adalah tingkat cinta dan dedikasi yang saya miliki untuk Amerika," tegasnya.
Baca: Paramedis New York Sebut Covid-19 Lebih Buruk Dibanding Serangan 9/11
Hampir 2 Dekade Pasca Serangan 9/11
Akibat serangan 9/11, umat Islam menanggung diskriminasi, penganiayaan, kebencian dan korban kefanatikan yang mengerikan.
Menurut Mansoor, memang ada beberapa orang "melakukan sesuatu dengan cara tidak adil untuk mengkambinghitamkan umat muslim dengan hal-hal keji.
"Ini merupakan pertempuran sama dengan Black Amerika belum lama ini, jika satu orang kulit hitam melakukan kesalahan, ribuan orang Afrika-Amerika secara otomatis dilihat sebagai penjahat," katanya.
"Saya meminta sesama orang Amerika yang mungkin masih memiliki semacam diskriminasi anti-muslim di hati mereka karena 9/11 untuk mengambil waktu sejenak, untuk berpikir dan memahami, muslim juga termasuk di antara korban serangan itu," pintanya,
Mansoor mengatakan tidak meminta bantuan khusus.
Dia hanya berharap, muslim dipandang sebagai manusia dan hidup tanpa prasangka.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)