Anwar Ibrahim: Ambisi dan Perjalanan Panjangnya untuk Menjadi Pemimpin Malaysia
Anwar Ibrahim dikenal karena karier politiknya yang penuh gejolak serta perjuangannya selama puluhan tahun untuk memimpin Malaysia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
Pada September 1998, Anwar dipecat dan memimpin protes publik terhadap Mahathir.
Tindakan itu adalah awal dari Reformasi, sebuah gerakan reformasi yang akan mempengaruhi generasi aktivis demokrasi Malaysia.
Anwar ditangkap dan akhirnya didakwa melakukan sodomi dan korupsi, tuduhan yang ia bantah dalam persidangan kontroversial.
Sementara Malaysia yang mayoritas Muslim mengkriminalkan aktivitas homoseksual, dunia memandang kasus yang menimpa Anwar memiliki muatan politik.
Protes kekerasan di jalanan meletus ketika Anwar dipenjara selama enam tahun karena korupsi.
Setahun kemudian dia dijatuhi hukuman sembilan tahun karena sodomi.
Anwar selalu menyatakan bahwa tuduhan itu adalah bagian dari kampanye kotor untuk memecatnya sebagai ancaman politik terhadap Mahathir.
Pada akhir 2004, setahun setelah Mahathir mundur sebagai perdana menteri, Mahkamah Agung Malaysia membatalkan dakwaan sodomi dan membebaskan Anwar dari penjara.
Oposisi Tumbuh, Tuntutan Baru
Setelah dibebaskan, Anwar muncul sebagai ketua de facto dari oposisi yang baru bangkit yang menunjukkan kinerja yang kuat dalam pemilu 2008.
Namun klaim sodomi kembali diajukan terhadap Anwar pada 2008, yang menurutnya merupakan upaya lain pemerintah untuk menyingkirkannya.
Pengadilan Tinggi akhirnya membebaskan Anwar dari dakwaan pada Januari 2012, dengan alasan kurangnya bukti.
Tahun berikutnya ia memimpin oposisi ke tingkat yang baru dalam pemilihan yang memberikan dampak bagi koalisi Barisan Nasional yang berkuasa.
Tapi sekali lagi, ambisi Anwar digagalkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.