Ahli: Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Tak Akan Gagalkan Program Nuklir
Ahli mengatakan, meski ada kebijakan tekanan maksimun dari Presiden Donald Trump, pembunuhan ilmuwan senior Iran tak akan menggagalkan program nuklir
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Langkah tersebut, menurutnya juga berpotensi menolak bantuan ekonomi yang sangat dibutuhkan Iran.
Dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, Iran harus mempertimbangkan bagaimana menjaga pejabat nuklirnya yang tersisa aman.
"Iran juga harus memikirkan bagaimana mencegah serangan di masa depan dan apakah pembalasan akan meningkatkan atau merusak prospek perjanjian diplomatik dengan pemerintahan Biden yang akan datang," kata mantan pejabat AS.
"Namun, pembunuhan ilmuwan nuklir Iran 10 tahun lalu tidak menghalangi Iran untuk melakukan diplomasi dengan Amerika Serikat dan pemerintah lain," kata David Albright, pendiri dan presiden Institut Sains dan Keamanan Internasional nirlaba.
Albright mengatakan, kematian Fakhrizadeh membuat Iran kehilangan sosok penting yang mahir dalam mengelola dan mengatur pekerjaan nuklir yang sensitif.
"Jika Iran memilih untuk terburu-buru membangun bom, itu akan menjadi tempat yang tepat untuk membangun perangkat untuk meledak di bawah tanah," kata Albright.
"Saya tidak berpikir mereka akan kesulitan melakukan itu dan itu tidak akan memakan waktu lama," katanya.
"Saya pikir dampaknya akan lebih terasa jika mereka harus membangun hulu ledak nuklir yang akan bekerja di atas rudal balistik," kata Albright.
Seorang mantan pejabat senior intelijen AS mengatakan "pembangunan program persenjataan nuklir melibatkan lebih dari sekadar fisika, karena melibatkan pembangunan perusahaan personel, gedung dan peralatan yang luas dan rahasia".
"Fakhrizadeh memiliki pengalaman itu serta kemampuan untuk bekerja dengan kepemimpinan teknis dan pertahanan," kata pejabat itu.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)