Studi Ungkap Satu dari Tiga Penyintas Covid-19 Alami Gangguan Neurologis seperti Kecemasan
Studi yang diterbitkan pada Selasa (6/4/2021) di jurnal Lancet Psychiatry menunjukkan satu dari tiga penyintas Covid-19 mengalami kesehatan mental.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
Dilansir Reuters, penelitian ini adalah yang terbesar dari jenisnya dan melibatkan lebih dari 230.000 catatan kesehatan pasien Covid-19 di Amerika.
Para peneliti yang melakukan studi ini mengatakan tidak jelas bagaimana virus ini dikaitkan dengan kondisi kejiwaan.
Namun ini adalah diagnosis paling umum di antara 14 gangguan yang mereka temukan.
Kasus pasca Covid-19 seperti stroke, demensia, dan gangguan neurologis lainnya lebih jarang, kata para peneliti, tetapi masih signifikan, terutama pada mereka yang menderita Covid-19 parah.
"Meskipun risiko individu untuk sebagian besar gangguan kecil, efeknya di seluruh populasi mungkin besar," kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri di Universitas Oxford yang ikut memimpin penelitian tersebut.
Studi sebelumnya oleh peneliti yang sama tahun lalu, menemukan bahwa 20% penyintas Covid-19 didiagnosis gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan.
Stres karena Lama Tinggal di Rumah
Dr. Musa Sami, profesor klinis psikiatri di Universitas Nottingham yang tidak terlibat dalam penelitian menyoroti perlunya penyelidikan lebih lanjut soal studi ini.
Terlebih bagaimana Covid-19 bisa memengaruhi otak dan sistem saraf.
"Stres psikologis, lama tinggal di rumah sakit, dan karakteristik penyakit itu sendiri mungkin berperan," katanya.
Salah satu penulis studi, profesor ilmu saraf dan kognitif Universitas Oxford, Masud Husain mengatakan, gejala psikologis lebih umum daripada komplikasi neurologis yang parah.
Salah satu studi pada Februari lalu kepada 381 pasien yang dirawat karena Covid-19 di sebuah rumah sakit di Roma, Italia menemukan bahwa 30% dari mereka mengalami gangguan stres pasca-trauma setelah pemulihan.
Baca juga: TRIBUNNEWSWIKI - Mengenal Neuropati Perifer, Kerusakan Saraf Penyebab Nyeri dan Mati Rasa
Baca juga: Penelitian di Jepang: Gejala Malaise dan Sakit Kepala Lebih Sering Muncul Setelah Vaksinasi Kedua
Sebuah studi pada Desember lalu di jurnal Neurology: Clinical Practice menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan kejang dan gangguan gerakan.
Diketahui batasan studi Lancet Psychiatry adalah menggunakan data perawatan kesehatan para pasien dan bukan data penelitian, kata Paul Harrison, profesor psikiatri Universitas Oxford dan penulis utama studi tersebut.
Artinya bahwa diagnosis tidak ada, belum diselidiki sepenuhnya, atau salah.
Setidaknya penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beban jangka panjang yang akan ditanggung penyintas Covid-19.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Berita lain terkait Virus Corona