Studi Hasil Otopsi di AS: Otak Pasien Covid-19 yang Parah Mirip Otak Pasien Alzheimer dan Parkinson
Studi hasil otopsi oleh Universitas Stanford menunjukkan otak pasien Covid-19 yang parah mirip dengan otak pasien Alzheimer dan Parkinson
Editor: hasanah samhudi
Data penelitian menunjukkan, di antara mereka yang memiliki gangguan kejiwaan yang terkait dengan virus, kecemasan adalah yang paling umum, yaitu 17 persen pasien, sementara 14 persen menderita depresi. Tujuh persen pasien yang mengalami komplikasi neurologis mengalami stroke saat dalam perawatan intensif dan 2 persen didiagnosis dengan demensia dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi.
Para peneliti menyebutkan, diagnosis ini lebih umum pada pasien Covid-19 daripada mereka yang menderita flu atau infeksi saluran pernapasan selama periode waktu yang sama, menunjukkan dampak spesifik dari virus corona pada kesehatan mental dan otak.
Baca juga: Studi Inggris: Vaksin AstraZeneca 92 Persen Efektif Terhadap Varian Delta
"Meskipun risiko individu untuk sebagian besar gangguan kecil, efeknya di seluruh populasi mungkin substansial untuk sistem perawatan kesehatan dan sosial," kata rekan penulis studi Dr Paul Harrison dalam sebuah pernyataan.
Sejak awal pandemi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka yang selamat dari virus mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan neurologis, serta gangguan mood dan kecemasan.
Untuk penelitian ini, Harrison dan rekan-rekannya meninjau catatan kesehatan elektronik lebih dari 236.000 pasien Covid-19 dari Amerika Serikat berusia 10 tahun ke atas yang terinfeksi setelah 20 Januari 2020, dan masih hidup pada 13 Desember 2020.
Mereka membandingkan tingkat 14 gangguan neurologis dan kejiwaan di antara pasien ini dengan lebih dari 106.000 orang yang didiagnosis dengan influenza dan lebih dari 236.000 orang yang didiagnosis dengan infeksi saluran pernapasan.
Dalam enam bulan setelah infeksi Covid19, 34 persen pasien mengalami gangguan kesehatan neurologis atau mental, katanya.
Selain kecemasan dan depresi, 7 persen dari mereka dengan kondisi kejiwaan didiagnosis dengan gangguan penyalahgunaan zat dan 5 persen mengalami insomnia. (Tribunnews.com/UPI/USNews/Hasanah Samhudi)