Pemimpin Oposisi Serukan Negosiasi untuk Damai, tapi Taliban Ingin Mereka Menyerahkan Diri atau Mati
Pemimpin oposisi di Lembah Panjshir menyerukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran, tetapi Taliban ingin mereka menyerah karena sudah yakin menang
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Pada 1990-an, ketika kelompok itu terakhir kali menguasai negara, mereka memberlakukan kontrol ketat di seluruh masyarakat.
Perempuan tidak diberi pekerjaan dan pendidikan, laki-laki dipaksa untuk menumbuhkan janggut, televisi serta musik dilarang.
Dalam minggu-minggu sejak mereka mengambil alih kekuasaan, perubahannya beragam.
Pegawai pemerintah termasuk wanita telah diminta untuk kembali bekerja, tetapi beberapa wanita kemudian diperintahkan pulang oleh Taliban berpangkat rendah.
Universitas dan sekolah juga diperintahkan untuk dibuka, tetapi ketakutan membuat siswa dan guru menjauh.
Para penguasa baru Afghanistan telah berjanji untuk lebih akomodatif kali ini.
Mereka menjanjikan pemerintahan yang lebih 'inklusif' yang mewakili susunan etnis Afghanistan yang kompleks, meskipun perempuan tidak mungkin dimasukkan di tingkat atas.
Tetapi hanya sedikit orang di Panjshir, sebuah lembah terjal di utara Kabul yang bertahan selama hampir satu dekade melawan pendudukan Uni Soviet, yang tampaknya memercayai janji-janji itu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Konflik di Afghanistan