2 Pria 29 Hari Tersesat di Laut, Bertahan dengan Jeruk dan Air Hujan hingga Ditemukan di Negara Lain
Dua pria dari Kepulauan Solomon menceritakan pengalamannya selama 29 hari hilang di tengah lautan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
"Kami tidak tahu di mana kami berada tetapi tidak menyangka berada di negara lain," kata Nanjikan.
Dua pria ini dalam kondisi lemah saat ditemukan.
Sehingga setelah tiba di Kota Pomio pada 2 Oktober, mereka harus dibawa turun dari perahu dan ke rumah terdekat.
Sejak saat itu mereka diperiksa di klinik kesehatan setempat dan sekarang tinggal bersama penduduk setempat di Pomio, Joe Kolealo.
"Sekarang mereka hidup bahagia bersama kami," ujar Kolealo kepada media lokal.
Nanjikana mengaku mendapat beberapa hal positif dari pengalamannya, seperti istirahat paksa dari kekacauan pandemi global.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi saat saya berada di luar sana. Saya tidak mendengar tentang Covid atau apa pun," katanya.
"Saya berharap untuk kembali ke rumah, tetapi saya kira itu adalah istirahat yang bagus dari segalanya."
Tepat di utara Pulau Mono, tempat kedua pria itu berangkat, adalah Pulau Bougainville di Papua Nugini.
Pada Juli, sebuah kapal yang membawa Menteri Kesehatan Bougainville Charry Napto, istrinya, putra mereka, dan empat orang lainnya menghilang di lautan yang ganas.
Baca juga: CAAIP Gelar Webinar, Ungkap Kondisi dan Tantangan Dunia Kepelautan Indonesia Saat Ini
Baca juga: Penyu Raksasa Sepanjang 1,2 Meter yang Tersangkut di Tali Jaring Keramba Dilepaskan ke Laut
Hanya satu orang guru lokal yang ditemukan.
Hanya beberapa minggu sebelumnya, kapal lain menghilang di lepas pantai Bougainville dengan 13 penumpang di dalamnya, ditemukan 50 km di utara tujuannya 36 jam kemudian.
Kepala polisi Bougainville, Francis Tokua sejak itu mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk membatasi perjalanan perahu selama cuaca buruk.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)