Pengamatan Dampak Tsunami di Tonga Dilakukan Melalui Pesawat, Beberapa Daerah Tertutup Tanah dan Abu
Pengamatan dampak tsunami di Tonga dilakukan melalui pesawat, beberapa daerah tertutup tanah dan abu. Tiga orang dilaporkan meninggal akibat tsunami.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
Komunikasi dari Tonga telah sangat terbatas sejak Sabtu.
Warga Negara Tonga yang berada di seluruh dunia terpaksa menunggu berminggu-minggu agar kontak reguler dapat dilanjutkan dan dapat menghubungi keluarga di Tonga.
Seorang juru bicara Southern Cross Cable, yang mengoperasikan jaringan kabel bawah laut lainnya di seluruh wilayah, mengatakan, pengujian oleh Fintel dan Tonga Cable pada Minggu (16/1/2022) sore mengonfirmasi kemungkinan putusnya kabel sekitar 37 km lepas pantai dari Tonga.
Baca juga: Mengenal Kembali Ring of Fire, Letusan Gunung Api Bawah Laut di Tonga Terletak di Cincin Api Pasifik
Pengiriman Bantuan Dilakukan menggunakan Pesawat
Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Nanaia Mahuta, mengatakan, abu vulkanik dapat menyebabkan masalah bagi negara lain yang akan mengirim bantuan ke Tonga melalui pesawat.
“Gambar menunjukkan abu di landasan pacu bandara Nuku’alofa yang harus dibersihkan sebelum penerbangan C-130 Hercules dengan bantuan kemanusiaan dapat mendarat,” katanya.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, ada kerusakan infrastruktur yang signifikan di sekitar pulau utama Tongatapu, Senin (17/1/2022).
"Kami sangat prihatin dengan dua pulau kecil dataran rendah - Mango dan Fonoi - menyusul penerbangan pengawasan Selandia Baru dan Australia yang mengkonfirmasi kerusakan properti yang substansial," kata mereka.
Selandia Baru telah mengirimkan dua kapal angkatan laut yang membawa air dan pasokan bantuan lainnya.
Baca juga: Komunikasi Masih Lumpuh Akibat Erupsi Gunung Bawah Laut, WNI di Tonga Masih Belum Diketahui Kabarnya
Menurut penjelasan Mahuta, Pemerintah Selandia Baru telah mengalokasikan dana 500 ribu dollar untuk bantuan kemanusiaan, sehingga total dana awalnya menjadi satu juta dollar.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengatakan komunikasi belum terjalin dengan banyak daerah pesisir di luar ibu kota, Nuku'alofa, pada Senin (17/1).
"Nuku'alofa tertutup gumpalan tebal debu vulkanik tetapi sebaliknya kondisinya tenang dan stabil," kata Ardern.
“Kami belum menerima kabar dari daerah pesisir lainnya.”
Pesawat Orion angkatan udara Selandia Baru meninggalkan Auckland pada Senin (17/1) pagi.