Faktor Geografi Jadi Alasan Rusia Rebut Chernobyl dari Ukraina: Rute Terpendek dari Belarus ke Kyiv
Pasukan Ukraina pada Kamis (24/2/2022) gagal mempertahankan fasilitas pembangkit nuklir Chernobyl dari serangan Rusia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
Keane menyebut rute itu sebagai salah satu dari empat "sumbu" yang digunakan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina, termasuk vektor kedua dari Belarusia, maju ke selatan ke Kota Kharkiv di Ukraina, dan dorongan ke utara dari Krimea yang dikuasai Rusia ke Kota Kherson.
Serangan gabungan ini merupakan serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua (WW2).
Menguasai Chernobyl adalah bagian dari rencana Rusia.
Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan pembangkit nuklir ini direbut pada Kamis oleh militer Rusia, namun pejabat pertahanan AS mengaku belum bisa mengonfirmasi kabar tersebut.
Reaktor keempat di Chernobyl yang berjarak 108 km dari Kyiv, meledak pada April 1986 selama uji keamanan yang gagal.
Saat bencana itu terjadi, yaitu pada 26 April 1986, Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Ledakan itu mengirimkan awan radiasi ke sebagian besar Eropa hingga mencapai Amerika Serikat bagian timur.
Strontium radioaktif, cesium, dan plutonium mempengaruhi Ukraina dan negara tetangga Belarusia, serta sejumlah bagian dari Rusia dan Eropa.
Jumlah kematian langsung dan tidak langsung dari bencana ini mencapai ribuan hingga tercatat ada 93.000 kematian akibat kanker tambahan di seluruh dunia.
Pemerintah Soviet berusaha menutupi bencana ini dan tidak mengakui ledakan mematikan tersebut.
Hal ini menodai citra pemimpin reformis Soviet Mikhail Gorbachev dan kebijakan glasnost-nya untuk keterbukaan yang lebih besar dalam masyarakat Soviet.
Bencana Chernobyl secara luas dipandang berkontribusi terhadap runtuhnya Uni Soviet dalam beberapa tahun kemudian.
James Acton mengatakan, perebutan Chernobyl oleh Rusia pada Kamis lalu bukan untuk melindunginya dari kerusakan lebih lanjut.
Sebab menurutnya, ada empat pembangkit listrik tenaga nuklir aktif di Ukraina yang memiliki risiko lebih besar daripada Chernobyl.