Kata China soal Invasi Rusia ke Ukraina: Waktu akan Membuktikan Kami Berada di Pihak yang Benar
Soal invasi Rusia ke Ukraina, Menlu China mengatakan waktu akan membuktikan negaranya telah berada di pihak yang benar.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Miftah
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, "Masalah logistik terus melanda invasi Rusia ke Ukraina."
"Keengganan untuk bermanuver lintas negara, kurangnya kontrol udara, dan kemampuan menjembatani yang terbatas, menghalangi Rusia memasok pasukan mereka, bahkan dengan kebutuhan dasar, seperti makanan dan bahan bakar."
"Serangan balik Ukraina yang tak henti-hentinya memaksa Rusia mengalihkan sejumlah besar pasukan untuk mempertahankan jalur pasokan mereka sendiri."
"Ini sangat membatasi serangan Rusia," tambahnya, dikutip dari Independent.
Sebelumnya, pejabat pertahanan Inggris mengatakan pihak Rusia terus menderita kerugian besar dan telah membuat "sedikit kemajuan di barat, laut, atau udara dalam beberapa hari terakhir."
Ia juga memuji perlawanan Ukraina yang "gigih dan terkoordinasi dengan baik" terhadap pemboman Rusia.
Baca juga: Serangan Udara Rusia Hancurkan Markas Pemeliharaan Jet Tempur Ukraina, Sempat Dicegat tapi Gagal
Baca juga: Fadli Zon: Indonesia Bersahabat dengan Rusia-Ukraina, Kita Akan Cari Solusi Terbaik Kedua Negara
"Sebagian besar wilayah Ukraina, termasuk semua kota besar, tetap berada di tangan Ukraina," ujar Kementerian Pertahanan.
Sehari sebelumnya, Kementerian Pertahanan mengatakan Moskow kemungkinan telah mengeluarkan jauh lebih banyak senjata yang diluncurkan dari udara daripada yang direncanakan semula.
Hal ini pun memaksa pasukan Rusia untuk menggunakan senjata yang lebih tua dan kurang tepat “yang kurang efektif secara militer dan lebih mungkin mengakibatkan korban sipil”.
Pejabat senior pertahanan AS mengatakan Gedung Putih telah mencatat tanda-tanda moral "melemah" di antara pasukan Rusia di beberapa unit yang dikerahkan ke Ukraina.
"Kami tentu telah menangkap indikasi bahwa moral (pasukan Rusia) rendah di beberapa unit," kata pejabat itu kepada wartawan, yang berbicara tanpa menyebut nama.
“Beberapa di antaranya, kami percaya, merupakan akibat dari fungsi kepemimpinan yang buruk, kurangnya informasi yang diperoleh pasukan tentang misi dan tujuan mereka."
"Dan saya pikir kekecewaan karena mendapat perlawanan (dari Ukraina) yang lebih kuat dari sebelumnya.”
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)