Sikap Indonesia Tetap Undang Rusia ke G20 Jadi Sorotan Media Asing, Australia: Sudah Terlalu Jauh
Media asing menyoroti sikap Indonesia yang tetap mengundang Rusia hadir di KTT G20 pada akhir tahun ini.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Sikap Indonesia tetap mengundang Rusia untuk menghadiri KTT G20 di Bali pada Oktober 2022 mendatang, menjadi sorotan media asing.
South China Morning Post (SCMP) menuliskan judul Perang Ukraina: PM Australia Morrison mengatakan mengizinkan Putin di KTT G20 Indonesia sebagai 'langkah yang terlalu jauh'.
Sementara, Japan Today memberi judul Putin menghadiri KTT G20 di Bali adalah 'langkah yang terlalu jauh': PM Australia.
Kedua artikel itu sama-sama memuat tanggapan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, soal sikap Indonesia tetap mengundang Rusia di tengah tekanan sejumlah negara agar Jakarta mengeluarkan Moskow dari "daftar tamu".
Rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk hadir di KTT G20 telah dikonfirmasi Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva.
Baca juga: Profil Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia yang Menghilang, Sekutu Dekat Putin
Baca juga: Rusia Berharap Damai dengan Ukraina, tapi Tegaskan Tak Ada Tawar-Menawar demi Kepentingannya
Tapi, Morrison keberatan dengan alasan invasi Rusia ke Ukraina.
"Saya pikir orang-orang yang hadir (di KTT G20) adalah mereka yang tidak menyerang negara lain," katanya, Kamis (24/3/2022).
Morrison mengatakan ia telah melakukan "kontak langsung" dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang kehadiran Putin di G20.
"Rusia telah menginvasi Ukraina. Ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional," ujar Morrison pada konferensi pers di Melbourne.
"Dan gagasan untuk duduk satu meja dengan Vladimir Putin, bagi saya adalah langkah yang terlalu jauh."
Morrison mencatat bahwa Australia dan Belanda bulan ini juga telah meluncurkan proses hukum baru terhadap Rusia atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014, di mana semua orang di dalamnya tewas.
Penyelidik internasional mengatakan pesawat itu diserang oleh rudal yang awalnya dibawa dari pangkalan militer Rusia.
“Jadi kita tahu sifat asli Vladimir Putin dalam hal mengambil nyawa warga sipil yang tidak bersalah,” kata Morrison.
"Saya tidak terkejut dengan kebiadaban mereka (Rusia). Saya tidak terkejut dengan arogansi mereka dalam apa yang mereka coba terapkan di Ukraina."