Inggris Selidiki Dugaan Penggunaan Senjata Kimia Rusia di Mariupol Ukraina
Inggris menyelidiki dugaan bahwa Rusia telah menggunakan senjata kimia dalam serangan di kota Mariupol, Ukraina.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Zelensky meminta Barat untuk menjatuhkan sanksi keras terhadap Moskow.
Ada laporan yang yang menunjukkan bahwa senjata kimia digunakan di pelabuhan Mariupol, Ukraina selatan yang terkepung.
"Kami menangani ini (senjata kimia) dengan sangat serius," kata Zelensky dalam pidato video malamnya pada hari Senin, dikutip dari CNA.
"Saya ingin mengingatkan para pemimpin dunia bahwa kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh militer Rusia telah dibahas. Dan pada saat itu, itu berarti bahwa perlu untuk bereaksi terhadap agresi Rusia dengan lebih keras dan lebih cepat."
Petro Andryushchenko, ajudan wali kota Mariupol, menulis di saluran Telegramnya bahwa laporan tentang serangan kimia belum dikonfirmasi dan dia berharap untuk memberikan perincian dan klarifikasi nanti.
Sekretaris pers Pentagon, John Kirby, mengatakan Amerika Serikat mengetahui laporan tersebut.
"Kami tidak dapat mengonfirmasi saat ini dan akan terus memantau situasi dengan cermat," kata Kirby.
"Laporan-laporan ini, jika benar, sangat memprihatinkan dan mencerminkan kekhawatiran yang kami miliki tentang potensi Rusia untuk menggunakan berbagai agen pengendali kerusuhan, termasuk gas air mata yang dicampur dengan bahan kimia, di Ukraina."
Puluhan Ribu Warga Mariupol Tewas
Ukraina mengatakan puluhan ribu orang kemungkinan tewas dalam serangan Rusia di kota tenggara Mariupol, Senin (11/4/2022).
Sementara itu, ombudswoman hak-hak negara menuduh pasukan Rusia di wilayah itu melakukan penyiksaan dan eksekusi.
"Mariupol telah dihancurkan, ada puluhan ribu orang tewas, tetapi meski demikian, Rusia tidak menghentikan serangan mereka," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato video kepada anggota parlemen Korea Selatan, sebagaimana dikutip dari CNA.
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi jumlah kematian terbesar sejauh ini yang dilaporkan di satu tempat di Ukraina, di mana kota-kota dan desa-desa telah dibombardir tanpa henti dan mayat-mayat, termasuk warga sipil, terlihat di jalan-jalan.
Kepala Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA pada hari Senin, bahwa lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas di Mariupol.