Derita Kerugian Militer yang Besar, Analis Yakin Rusia Tak akan Mampu Memulai Perang Lain
Sejumlah analis memperkirakan bahwa Rusia mungkin telah kehilangan banyak kekuatan militer hingga tidak bisa memicu perang lainnya.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Kerugian ini memaksa Rusia menarik pasukannya dari daerah sekitar Ibu Kota Ukraina, Kyiv dan memfokuskan serangan di Donbass.
Kemunduran militer Rusia dalam perang yang sudah berjalan dua bulan lebih ini, diimbangi dengan banyaknya pasukan Putin di Ukraina yang hilang.
NATO memperkirakan bahwa Rusia mungkin telah kehilangan antara 7.000 dan 15.000 tentara.
Ini setara dengan seperempat dari kekuatan tempur darat awalnya yang diperkirakan mencapai 140.000, seperti yang ditulis Cancian.
Kremlin mengaku menderita kerugian besar terkait pasukannya, namun diyakini total kematian sebenarnya belum diungkap ke publik.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News pada 7 April, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengkonfirmasi bahwa Rusia telah menderita "kerugian pasukan yang signifikan".
Menurutnya, itu adalah tragedi besar bagi Rusia.
Namun dalam pembaruan terbarunya, Moskow melaporkan kurang dari 1.500 tentaranya hilang di Ukraina.
Pihak berwenang Ukraina melaporkan jumlah kematian pasukan Rusia jauh lebih tinggi daripada perkiraan NATO dan laporan Rusia.
Pekan lalu, Angkatan Darat Ukraina mengklaim lebih dari 21.000 tentara Rusia tewas selama konflik.
Masih menurut laporan The Times, dengan perkiraan total kerugian persenjataan dan pasukan, kecil kemungkinan Rusia dapat memulihkan inventarisnya secepat Ukraina.
Kyiv sendiri mendapatkan banyak pasokan senjata dari negara-negara Barat.
Baca juga: Microsoft Ungkap Serangan Siber yang Dilakukan Rusia Terhadap Ukraina
Baca juga: Sekjen PBB Dikecam Gara-gara Kunjungi Rusia Terlebih Dahulu Sebelum ke Ukraina
Analis militer IISS, Henry Boyd mengatakan kepada The Times bahwa Rusia dapat mengisi kembali inventarisnya dengan memanfaatkan cadangan tank era Soviet.
Namun ada kemungkinan pasukan militer saat ini tidak bisa mengoperasikan peralatan kuno.
Terlebih, mengaktifkan kembali tank era Soviet sama halnya dengan penurunan kualitas kekuatan militer Rusia.
Pada saat yang sama, sanksi Barat kemungkinan memperlambat produksi peralatan militer baru dan menghalangi Rusia untuk memiliki akses ke komponen yang diperlukan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.