Australia Makin Marah Susul Komentar Pedas PM Solomon Terkait Polemik Pakta Cina-Solomon
Manasseh Sogavare lalu menyebut barat menunjukkan kemunafikan mencolok setelah Solomon mengikat pakta dengan Beijing.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Pakta keamanan Cina-Kepulauan Solomon selama beberapa pekan terakhir telah memicu kegelisahan yang signifikan di antara AS dan sekutu Pasifiknya.
Delegasi AS secara terbuka memperingatkan pemerintah Kepulauan Solomon, setiap langkah membangun kehadiran militer permanen oleh Beijing akan mendapat tanggapan keras.
Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, mengatakan Australia hanya bisa menjaga perdamaian dengan mempersiapkan perang.
"Satu-satunya cara Anda dapat menjaga perdamaian adalah dengan mempersiapkan perang, dan menjadi kuat sebagai sebuah negara,” kata Dutton.
Ia mengatakan hal itu ke Channel 9 tentang pernyataan Perdana Menteri Scott Morrison yang menyebut garis merah di Pasifik.
Dutton membandingkan situasi geopolitik saat ini dengan tahun 1930-an dan mendesak negara-negara untuk berbicara menentang agresi di seluruh dunia.
Pemerintah Scott Morrison telah menghadapi reaksi keras oposisi. Partai Buruh mencap perjanjian Kepulauan Solomon-Cina sebagai kegagalan kebijakan luar negeri Australia yang paling signifikan sejak Perang Dunia Kedua.
Lebih dari 17 juta warga Australia akan memilih untuk memilih pemerintah negara berikutnya pada 21 Mei.
Beijing mengumumkan pakta itu minggu lalu, beberapa hari sebelum kedatangan delegasi Gedung Putih yang berkuasa ke ibukota Kepulauan Solomon di Honiara.
AS mengatakan akan mengambil tindakan yang tidak ditentukan terhadap negara Pasifik Selatan jika Beijing mempertahankan kehadiran militer di sana.
Kedutaan Besar Cina di Honiara mengatakan Beijing menolak niat pihak ketiga mana pun untuk mengganggu kerja sama Cina dan Kepulauan Solomon sebagai negara berdaulat.
Kedutaan mengatakan peringatan itu telah mengungkap tindakan tidak hormat AS yang merendahkan terhadap negara lain.(Tribunnews.com/sputniknews/xna)