Rusia Ternyata Lepaskan Rudal S-300 ke Jet Israel yang Serang Suriah
Suriah menerima tiga sistem pertahanan udara S-300PMU2 dari Rusia setelah Israel menembak jatuh pesawat intelijen Il-20 Rusia pada September 2018.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Serangan itu tampaknya merupakan tanggapan terhadap serangan ATGM baru-baru ini yang menargetkan bus antar-jemput NFL di Dataran al-Ghab di pedesaan barat laut Hama.
Serangan itu, yang terjadi pada 8 Mei, merenggut nyawa enam militan yang didukung Turki dan melukai empat lainnya.
Serangan mematikan, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata Idlib Raya, kemungkinan besar tidak akan dibiarkan begitu saja.
Tentara Arab Suriah dan sekutunya selalu menanggapi pelanggaran tersebut dengan kekerasan.
Penghentian semua operasi militer besar di Greater Idlib jelas telah menguatkan para militan yang menduduki wilayah tersebut, terutama Hay'at Tahrir al-Sham dan NFL yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Siaran televisi Al-Ikhbariya menyebutkan, insiden itu terjadi pada Jumat pagi.
"Teroris ... menembakkan rudal anti-tank ke sebuah bus tentara di sebelah barat Aleppo dekat Anjar,” kata penyiar mengutip sumber militer.
Suriah telah dilanda perang sejak 2011. Pasukan pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad memerangi berbagai kelompok pemberontak, termasuk jihadis dari ISIS (Daesh), Jabhat al-Nusra yang cabang Al Qaeda di Suriah dan Irak.
Puluhan kelompok bersenjata baik terdiri orang Suriah maupun warga asing bercokol di negara itu. Mereka disokong dana dan senjata oleh negara-negara asing.
Beberapa kota, terutama Idlib, kini di bawah kendali kelompok teroris bersenjata didominasi Al Nusra dan milisi Turkestan yang berasal dari Uigur.
Mereka kadang-kadang melakukan serangan terhadap Tentara Suriah. Suriah meminta bantuan Rusia untuk melawan kelompok teroris itu.
ISIS atau Daesh dan Jabhat al-Nusra atau Front Al-Nusra, Jabhat Fatah al-Sham, atau al-Qaeda di Suriah adalah kelompok teroris yang dilarang di Rusia dan berbagai negara.
Milisi Kurdi Serang Tentara Turki
Pada 12 Mei, Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengumumkan seorang tentaranya meninggal karena luka yang dideritanya akibat serangan mortir baru-baru ini di Pos Perbatasan Kiribati di Provinsi Gaziantep, Turki tenggara.
Serangan itu berasal dari kota Kobane di pedesaan timur laut Aleppo Suriah. Kota ini dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi.
SDF membantah bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, Turki mengatakan serangan itu dilakukan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), keduanya berafiliasi ke kelompok tersebut.
Setidaknya tiga tentara Turki lainnya dan seorang warga sipil terluka akibat serangan mortir, yang bertepatan dengan serangan roket di daerah yang diduduki Turki di pedesaan Aleppo utara.
Angkatan Bersenjata Turki melakukan serangkaian serangan di Kobane dan sekitarnya sebagai tanggapan atas serangan mematikan tersebut.
Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Turki, 21 pejuang YPG dan PKK “dinetralkan” sebagai akibat dari serangan tersebut.
Kementerian biasanya menggunakan istilah "menetralisir" untuk menunjukkan bahwa para pejuang tersebut terbunuh atau terluka.
Serangan mortir yang mematikan kemungkinan merupakan tanggapan terhadap serangan pesawat tak berawak Turki 11 Mei di Kobane, yang merenggut nyawa anggota SDF Turki.
Pasukan Turki dan SDF telah bertukar serangan di Suriah utara dan timur laut selama beberapa bulan terakhir.
Ini bisa segera mengarah pada konfrontasi militer penuh antara kedua belah pihak.(Tribunnews.com/Southfront/Sputniknews/xna)