Cegah Penyebaran Covid-19, Pemerintah Beijing Imbau Warganya untuk Bekerja dari Rumah
Pemerintah Beijing memperluas panduan untuk 22 juta penduduknya agar bekerja dari rumah, sebagai langkah untuk mengurangi penyebaran wabah Covid-19.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Pemerintah Beijing memperluas panduan untuk 22 juta penduduknya agar bekerja dari rumah, sebagai langkah untuk mengurangi penyebaran wabah Covid-19.
Sementara otoritas Shanghai mengerahkan lebih banyak pembatasan untuk menekan penambahan jumlah kasus Covid-19 di wilayahnya.
Melansir dari Reuters, Beijing melaporkan sebanyak 99 kasus baru terdeteksi pada hari Minggu (22/5/2022) kemarin, naik dari 61 kasus di hari sebelumnya. Sedangkan di Shanghai kurang dari 600 kasus harian dilaporkan pada hari Minggu kemarin.
Baca juga: WHO: Dunia Hadapi Tantangan Besar Covid-19, Monkeypox dan Perang
Walaupun tidak ada pengumuman baru mengenai daerah yang ditutup di Beijing akibat pandemi Covid-19 ini, namun lima dari 16 distrik di kota tersebut menyarankan agar penduduknya tetap bekerja dari rumah serta menghindari pertemuan.
Untuk mereka yang harus bekerja di luar rumah, diwajibkan memiliki hasil negatif pada tes PCR yang diambil dalam waktu 48 jam.
Salah satu distrik di Beijing yaitu Tongzhou memberi pengumuman melalui aplikasi WeChat pada Minggu malam kemarin, agar penduduknya yang bekerja di lima distrik lainnya untuk melakukan pekerjaan mereka dari rumah mulai pekan ini.
“Pencegahan dan pengendalian epidemi kota berada pada saat yang kritis. Satu langkah maju dan kemenangan sudah di depan mata. Satu langkah mundur, dan upaya sebelumnya akan sia-sia,” tulis pihak berwenang Distrik Tongzhou.
Penutupan Pusat Perbelanjaan
Beijing telah membatasi transportasi umum, dan meminta beberapa pusat perbelanjaan dan toko serta tempat lainnya, untuk menutup gedung yang menjadi tempat kasus baru terdeteksi.
Pembatasan di Beijing, Shanghai dan beberapa kota lainnya di China telah menimbulkan kerusakan ekonomi yang signifikan dan gangguan pada rantai pasokan global serta perdagangan internasional.
Wabah Covid-19 yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan pada akhir tahun 2019, terbukti sulit dikalahkan bahkan dengan langkah-langkah ketat pemerintah China, yang kontras dengan keputusan negara-negara lain yang memulai kehidupan normal.
Seorang pemilik toko serba ada di kota Beijing yang bermarga Sun mengatakan, tokonya hanya diizinkan untuk buka pada siang hari, padahal biasanya tokonya buka selama 24 jam.
Baca juga: Tawaran Vaksin Covid-19 dari Biden Tak Ditanggapi Kim Jong Un
“Kami telah dipukul secara besar-besaran. Bahkan selama wabah Wuhan kami bisa tetap buka sepanjang waktu,” kata pemilik toko tersebut.
Shanghai membuka kembali lebih dari 250 rute bus dan sebagian kecil sistem kereta bawah tanahnya, namun banyak distrik di wilayah tersebut mengumumkan lebih banyak pengujian massal untuk beberapa hari mendatang, dan meminta penduduknya untuk tidak meninggalkan rumah mereka.
Kota yang berpenduduk sekitar 25 juta orang ini, telah mengizinkan lebih banyak orang untuk meninggalkan rumah mereka selama seminggu terkahir.
Namun otoritas Shanghai berencana untuk mempertahankan sebagian besar pembatasan hingga bulan ini, sebelum mencabut pembatasan pada 1 Juni nanti.