G7 Kecam Serangan Rudal Rusia di Pusat Perbelanjaan Ukraina, Sebut sebagai Kejahatan Perang
Rusia menyerang pusat perbelanjaan di Ukraina. G7 mengecam aksi tersebut dan menyebutnya sebagai kejahatan perang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Ia menulis di Telegram bahwa serangan itu adalah "tindakan teror yang jelas dan sinis terhadap penduduk sipil".
Layanan Darurat Negara Ukraina, yang memberikan pembaruan tentang korban tewas dan cedera, mengatakan 57 unit terlibat dalam memerangi api.
Badan itu memposting foto yang menunjukkan kerangka bangunan yang menghitam dan hangus dengan atap ambruk.
Dalam satu video yang diambil tak lama setelah serangan, seorang pria terdengar berteriak: "Apakah ada yang hidup... ada yang hidup?" setelah ambulans tiba untuk membawa yang terluka ke rumah sakit.
Tetapi dilaporkan masih ada orang yang hilang.
Saat malam tiba, anggota keluarga berkumpul di sebuah hotel di seberang jalan, di mana kru penyelamat mendirikan posko bagi mereka untuk menunggu berita.
Lampu dan generator dibawa ke lokasi sehingga kru dapat melanjutkan pencarian semalaman, lapor kantor berita Reuters.
G7 Berjanji akan Terus Bersama Ukraina Hingga Akhir
Di hari yang sama, para pemimpin dari tujuh negara terkaya di dunia berjanji akan mendukung Ukraina selama yang dibutuhkan.
Di hari kedua KTT G7 di Jerman Senin, 27 Juni 2022, anggota G7 juga setuju bahwa Rusia harus menghentikan blokade bahan pangan dari pelabuhan Ukraina.
Presiden Ukraina pun hadir melalui sambungan video untuk meminta lebih banyak senjata berat kepada rekan Barat-nya itu.
Dilansir BBC.com, G7 ditekan untuk bersatu dalam pendekatan mereka melawan agresi Rusia.
"Kami akan terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer dan diplomatik serta mendukung Ukraina selama yang diperlukan," kata kelompok G7 dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.
Baca juga: Jokowi Lakukan Pertemuan Bilateral dengan Pemimpin Negara di KTT G7, Ini Hasilnya
"Kami terus mengutuk perang agresi yang brutal, tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan dan ilegal terhadap Ukraina oleh Rusia dan dibantu oleh Belarusia."