Dampak PM Inggris Boris Johnson Mundur, Kurs Pound Sterling Langsung Melesat
Kurs pound sterling melonjak sebagai dampak dari mundurnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis (7/7/2022).
Penulis: Nuryanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Kurs pound sterling melonjak setelah Boris Johnson mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Inggris.
Pound sterling naik sebanyak 0,8 persen terhadap dolar pada Kamis (7/7/2022).
Sehingga, pound sterling bereaksi positif terhadap pengumuman pengunduran diri Boris Johnson.
Saat ini, para investor menimbang masa depan kepemimpinan ekonomi Inggris dan berencana untuk mengatasi inflasi.
Seperti diketahui, inflasi telah meningkat lebih tinggi di Inggris, didorong oleh melonjaknya harga makanan dan energi akibat perang Rusia di Ukraina.
Kepala strategi di Brewin Dolphin, Guy Foster, menyebut pengunduran diri Johnson tidak banyak mengubah lintasan ekonomi Inggris dalam jangka pendek, dan prospek pound sterling selanjutnya.
“Sangat sulit bagi investor untuk melihat bahwa ada perubahan material dalam kebijakan ekonomi yang akan datang dalam waktu dekat."
"Paling tidak, akan ada minggu-minggu kontes kepemimpinan konservatif dan sementara itu benar-benar tidak banyak perubahan," ujarnya, Kamis, dilansir FT.
Pada Rabu (6/7/2022), pound sterling telah jatuh ke level terendah terhadap dolar sejak Maret 2020.
Pound sterling tenggelam ke $ 1,187 karena City menyaksikan kekacauan politik terungkap di Westminster dengan serangkaian menteri mengundurkan diri dan mendesak Johnson untuk berhenti.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson, dari Populer Jadi Orang Terbuang, Kini Mengundurkan Diri Buntut Skandal
Pound sterling naik kembali di atas $ 1,20 pada hari Kamis, karena investor menyambut beberapa jeda krisis politik yang mencengkeram Inggris.
Beberapa ekonom berharap risiko perang dagang dengan Uni Eropa (UE) atas protokol Irlandia Utara telah mereda.
Menurut ekonom Investec Philip Shaw, biasanya seorang pemimpin negara yang mengundurkan diri dan menciptakan ketidakpastian politik akan menyebabkan aksi jual tajam dalam mata uang negara.
Namun, lanjut dia, kepergian Johnson setidaknya akan mengurangi beberapa risiko penurunan yang dihadapi pound.