Cegah Eskalasi Konflik Dubes AS Minta Kosovo Tunda Blokir Nopol Serbia
Dubes AS di Kosovo meminta pemerintah Pristina menunda blokade kendaraan bernopol Serbia. Intervensi Dubes AS itu muncul di tengah eskalasi konflik.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Pemerintah Kurti menanggapi dengan menuduh Vucic mendalangi blockade jalan ilegal, yang bertujuan merusak Kosovo yang demokratis dan progresif.
Kepala staf Presiden Kosovo Vjosa Osmani juga mengklaim Beograd bertindak sebagai wakil Rusia di Balkan.
Di tengah laporan yang belum dikonfirmasi, orang-orang Albania bersenjata berkumpul di kota-kota berpenghuni mayoritas Serbia.
Situasi ini sangat rentan, yang memaksa pasukan penjaga perdamaian NATO di provinsi itu, KFOR, menyatakan mereka siap campur tangan jika stabilitas terancam.
Sementara itu, Rusia menuduh Pristina sengaja meningkatkan situasi sebagai bagian dari upaya NATO untuk menargetkan Serbia.
Kosovo dan para pendukung AS dan Uni Eropa diminta menghentikan provokasi dan menghormati hak-hak orang Serbia.
Seruan disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia. Maria Zakharova Minggu (31/7/2022).
Minggu malam, Vucic mengadakan pembicaraan dengan pimpinan KFOR dari markas besar Staf Umum Serbia.
Setelah muncul dari gedung sesaat sebelum tengah malam, dia mengatakan kepada wartawan dia optimis tentang resolusi damai.
“Saya berharap ini akan mereda besok, dan kami akan dapat mencapai solusi dalam beberapa hari mendatang,” kata Vucic.
Ia menambahkan komandan KFOR akan mengadakan pembicaraan tentang pembongkaran penghalang jalan dengan otoritas lokal di Kosovska Mitrovica.
“Dalam beberapa minggu dan bulan mendatang kita menghadapi pertarungan politik terberat yang pernah ada, jadi saya berterima kasih kepada semua orang atas pengekangan mereka, terutama orang-orang Serbia di Kosovo,” kata Vucic.
“Tidak akan ada kata menyerah, dan Serbia akan menang,” tegasnya.
NATO menduduki Kosovo pada 1999, setelah perang udara selama 78 hari melawan Yugoslavia.
Provinsi ini mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008, dengan dukungan barat. Sementara AS dan sebagian besar sekutunya telah mengakuinya, Serbia, Rusia, China, dan PBB belum.(Tribunjogja.com/RT/xna)