Menlu AS Antony Blinken Janjikan Perlindungan ke Filipina Jika Berkonflik dengan China
Menlu AS Antony Blinken menjanjikan perlindungan AS jika Filipina berkonflik dengan China. Kedua negara terikat perjanjian bersama 1951.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Blinken saat ini dalam perjalanan sepuluh hari ke Kamboja, Filipina, Afrika Selatan, Kongo, dan Rwanda.
Tur Blinken ini mengikuti kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Selasa, yang memicu kemarahan serta reaksi keras Beijing.
Meskipun Taiwan telah memiliki pemerintahan sendiri sejak 1949, China masih mengklaim kedaulatan atas pulau itu dan menganggap kunjungan tingkat tinggi seperti Pelosi sebagai dukungan diam-diam atas kemerdekaan Taiwan.
AS telah secara resmi mengakui klaim Beijing atas Taiwan sejak tahun 1970-an di bawah kebijakan Satu-China.
Menanggapi kunjungan Pelosi, China meluncurkan latihan militer skala besar, memberlakukan pembatasan perdagangan di Taiwan, memberi sanksi kepada Pelosi dan keluarganya.
China juga memutuskan komunikasi dengan Washington terkait isu-isu utama seperti keamanan maritim, penegakan hukum transnasional, dan perubahan iklim.
Ketika latihan militer China berlanjut hingga akhir pekan, pejabat militer China dilaporkan menolak untuk menjawab panggilan dari rekan-rekan Amerika mereka.
Pejabat pertahanan dan panglima militer China menolak telepon Menteri Pertahanan Loyd Austin dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley.
Taiwan-China Main Kucing Tikus
Perkembangan lain di Selat Taiwan, kapal-kapal perang Taiwan berlayar di jarak dekat dengan kapal-kapal perang China di Selat Taiwan Minggu (7/8/2022).
Beberapa kapal perang China melintasi garis tengah, penyangga tidak resmi di Selat Taiwan yang memisahkan kedua wilayah.
Ketika pasukan China menekan garis pemisah, Taiwan berusaha tetap dekat untuk memantau dan, jika mungkin, menyangkal kemampuan China untuk menyeberangnya.
Seorang sumber militer Taiwan mengatakan ke kantor berita Reuters. “Kedua belah pihak menunjukkan saling tekan,” kata sumber tersebut.
Manuver itu bak permainan “kucing dan tikus” di laut lepas. "Satu sisi mencoba untuk menyeberang, dan yang lain menghalangi dan memaksa mereka ke posisi yang lebih tidak menguntungkan dan akhirnya kembali ke sisi lain," imbuhnya.