Rusia Sebut Inggris Munafik karena Pertanyakan Haknya Duduk di G20
Kedubes Rusia di London menilai pernyataan Inggris munafik karena juga terlibat dalam sejumlah kampanye militer ilegal seperti di Irak hingga Suriah.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Kedutaan Rusia di London menyebut Inggris munafik setelah Kementerian Luar Negeri Inggris mempertanyakan hak moral Rusia duduk sebagai anggota G20.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri mengatakan Rusia tidak memiliki hak moral untuk duduk di G20 sedangkan melakukan invasi ke Ukraina.
Menanggapi kritikan tersebut, Kedubes Rusia menilai pernyataan Inggris munafik.
Ini karena Inggris, sebagai salah satu anggota NATO dan sekutu AS, juga terlibat dengan sejumlah kampanye militer ilegal di dunia, lapor Reuters.
"Kami menganggap pernyataan seperti itu sangat munafik setelah Inggris, bersama dengan sekutu NATO mendiskreditkan dirinya sendiri dengan berpartisipasi aktif dalam kampanye militer ilegal dan agresif di Yugoslavia, Irak, Libya dan Suriah, serta di negara-negara lain di Timur Tengah dan Afrika," kata kedutaan dalam sebuah pernyataan, Senin (22/8/2022).
Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada November mendatang di pulau dewata Bali.
Baca juga: Inggris Siagakan Tentara Hadapi Potensi Serangan Rusia
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping akan hadir.
Dalam wawancara dengan Bloomberg News pada Kamis lalu, Jokowi mengatakan kedua pemimpin tersebut telah memberinya jaminan untuk datang.
Perjalanan itu akan menjadi signifikan mengingat itu akan menjadi pertama kalinya Xi berada di luar China sejak Januari 2020, ketika ia mengunjungi Myanmar.
Sebagai ketua G20 tahun ini, Indonesia menghadapi tekanan dari negara-negara Barat untuk menarik undangannya kepada Putin atas invasi Rusia ke Ukraina.
Indonesia juga mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk hadir.
Sebelum KTT G20, Putin dan Jinping akan bertemu dalam pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan pertengahan September mendatang.
Menurut media AS, Beijing sedang mengatur perjalanan luar negeri pertama Xi sejak pandemi dimulai.
Dilansir TASS, pada pertemuan tete-a-tete yang potensial di Samarkand ini, kedua pemimpin dapat mendiskusikan situasi di Ukraina dan di sekitar Taiwan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.