Perang Kotor Intel Asing, ISIS, dan Upaya Oposisi Mendongkel Bashar Assad
Jihadi John alias Mohammad Emwazi bergabung kelompok Al Muhajirin London yang diawasi agen rahasia M15, lalu perg ke Suriah bergabung ISIS.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Okaidi dianggap sebagai saluran utama untuk bantuan non-mematikan yang diberikan AS kepada kelompok oposisi bersenjata di Suriah utara.
Menyusu video hura-hura Okaidi dan komandan ISIS, Ford menelepon Okaidi memberitahu ia telah menciptakan mimpi buruk bagi pemerintahan Obama.
Sementara Obama berusaha menunjukkan kepada Kongres dan publik Amerika, Washington meningkatkan dukungan ke kelompok moderat Suriah dan mengisolasi kaum ekstremis (ISIS).
Di kesempatan lain, Okaidi berbicara secara terbuka tentang kolaborasinya dengan ISIS, sekali lagi menyebut komandan ISIS sebagai “saudara”.
Ia menunjukkan berkomunikasi dengan ISIS setiap hari dalam sebuah wawancara dengan Orient TV yang pro-oposisi.
Membeli Senjata FSA
Abu Athir, pemimpin ISIS di Aleppo yang menahan Foley, memiliki kata-kata yang sama untuk FSA Okaidi.
Al-Jazeera mengutip Abu Athir yang menyatakan pada Juli 2013, mereka membeli senjata dari FSA.
“Kami membeli 200 rudal anti-pesawat dan senjata anti-tank Koncourse. Kami memiliki hubungan baik dengan saudara-saudara kami di FSA,” katanya.
Rudal Koncourse pada gilirannya telah diberikan kepada Liwa al-Tawhid milik Okaidi atas izin CIA.
Menurut laporan Los Angeles Times, rudal Koncourse diberikan kepada kelompok FSA seperti Tauhid melalui sekutu regional CIA.
Sementara agen-agen CIA melatih pejuang FSA dalam penggunaan senjata ini di Yordania dan Turki mulai November 2012.
AS Enggan Tebus Foley
Pada Agustus 2013, sebulan setelah pemimpin ISIS Abu Athir membual membeli rudal Koncourse dari FSA, sebuah video muncul dari pejuang Liwa al-Tawhid.
Okaidi juga menggunakan rudal anti-tank Koncourse dalam pertarungan di pangkalan udara Menagh.
Ini menunjukkan Okaidi menerima rudal Koncourse dari agen CIA-nya, dan kemudian menjual beberapa di antaranya kepada rekan ISIS-nya, Abu Athir.
Duta Besar Robert Ford pun terlibat dalam upaya CIA untuk menyediakan senjata-senjata ini kepada Okaidi dan FSA.
Menurut jurnalis Michael Gordon dari New York Times, Ford melakukan perjalanan ke Langley, Virginia pada 2012 untuk bertemu Direktur CIA saat itu, David Petraeus, untuk merencanakan penyediaan senjata secara diam-diam kepada oposisi Suriah.
Ingat Okaidi adalah favorit AS sebagai pemimpin FSA di Aleppo. Ironisnya ia mengaku berkomunikasi setiap hari dengan rekan-rekan ISIS-nya selama ini.
Jika ditekan Duta Besar Ford, Okaidi bisa saja menanyakan kepada Abu Athir tentang Foley dan sandera asing lainnya yang ditahan oleh ISIS pada Agustus 2013.
Pada Januari 2014, perang saudara pecah antara ISIS di satu sisi, dan Nusra, Liwa al-Tawhid, dan faksi oposisi lainnya di sisi lain, di mana ISIS diusir dari kota Aleppo.
Mereka selanjutnya mengambil kendali penuh Kota Raqqa, yang kemudian jadi ibukota defacto ISIS di Suriah.
Foley dan sandera asing lainnya kemudian dipindahkan ke Raqqa, sementara ISIS membantai sebagian besar tahanan Suriah yang ditahan di Aleppo sebelum dievakuasi.
Pada bulan-bulan berikutnya, ISIS membebaskan 15 sandera Eropa setelah menerima tebusan rata-rata sekitar dua juta euro, baik dari pemerintah, keluarga, atau asuransi para tawanan.
Namun, pemerintah AS menolak membayar uang tebusan untuk Foley.
Selanjutnya, Departemen Luar Negeri Duta Besar Ford mengancam akan menuntut orang tua Foley jika mereka membayar uang tebusan, yang menghalangi mereka mengumpulkan dana untuk tujuan itu.
ISIS memberikan jawaban atas situasi itu di majalah berbahasa Inggris mereka, Dabiq.
"Ketika pemerintah Amerika menyeret kakinya, enggan untuk menyelamatkan nyawa James (Foley), sandera lain telah dibebaskan setelah uang tebusan dibayarkan,” tulis mereka di Dabiq.
Militan yang Didukung Inggris
Pada 19 Agustus 2014, video eksekusi James Foley oleh Emwazi muncul di media.
Tak lama sesudahnya, kelompok Emwazi mengeksekusi jurnalis Steven Sotloff, dan pekerja bantuan David Haines, Alan Henning, dan Peter Kassig, serta 22 tentara Suriah.
Nasib jurnalis John Cantlie masih belum diketahui hingga saat itu.
Emwazi alias Jihadi John dilaporkan tewas dalam serangan udara AS di jantung Kota Raqqa pada November 2015.
Namun, dua rekannya sesama The Beatles, Alexanda Amon Kotey dan El Shafee Elsheikh, ditangkap hidup-hidup, dan diadili di AS.
Keduanya dihukum karena berpartisipasi dalam penculikan dan pembunuhan Foley dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Bukan kebetulan Kotey dan Elsheikh diadili di pengadilan AS. Segala upaya untuk menuntut mereka di Inggris runtuh, karena intervensi intelijen Inggris sebagai pendukung kelompok Katibat al-Muhajirin.
Ingat, Mohammad Emwazi alias Jihadi John menjadi anggota kelompok itu ketika mereka menculik James Foley.
Jika persidangan di Inggris akan membuktikan aib yang mendalam bagi intelijen Inggris, seperti halnya percobaan penuntutan terhadap Bherlin Gildo dan Moazem Begg.
Singkatnya, James Foley diculik, ditawan, dan kemudian dibunuh militan dari kelompok bersenjata yang mendapat dukungan langsung dari intelijen Inggris.
Militan ini bertempur dalam perang kotor untuk menggulingkan pemerintah Suriah yang diatur oleh perencana AS, termasuk Duta Besar Robert Ford.
Senjata yang dikirim Ford dan rekan-rekan CIA-nya diberikan kepada kelompok bersenjata lain, Liwa al-Tawhid, yang berbagi penjara dengan ISIS selama James Foley ditahan di sana.
Kelompok penerima senjata AS itu juga menjual beberapa senjata yang sama ke komandan ISIS di Aleppo yang saat itu menahan James Foley.
Tidak hanya Foley tetapi ratusan ribu warga Suriah telah tewas akibat perang kotor yang dipimpin AS dan Inggris di Suriah.
Pembunuhan James Foley hanyalah satu kekejaman di antara kekejaman lain yang tak terhitung jumlahnya.
Washington dan London bertanggung jawab sebagai akibat dari upaya mereka untuk mempengaruhi penggulingan rezim di Suriah.(Tribunnews.com/TheCradle/xna)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.