Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang Natal, Pemerintah Shanghai Desak Warganya Berada di Rumah Akibat Melonjaknya Kasus Covid-19

komisi kesehatan Shanghai pun juga mengimbau para kaum muda untuk menghindari pertemuan yang ramai, karena mudahnya penyebaran virus corona.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Jelang Natal, Pemerintah Shanghai Desak Warganya Berada di Rumah Akibat Melonjaknya Kasus Covid-19
AFP/STR
Orang-orang mengantre untuk dites virus corona Covid-19 di luar rumah sakit di Hangzhou, di provinsi Zhejiang timur China pada 16 Desember 2022. Pihak berwenang Shanghai meminta warga setempat untuk tetap tinggal di rumah menjelang perayaan Natal di akhir pekan ini. (Photo by AFP) / China OUT 

Negara ini mungkin mencatat satu juta kasus Covid-19 dan 5.000 kematian setiap 24 jam.

Hal ini dilaporkan Bloomberg pada Kamis kemarin mengutip penelitian baru yang dilakukan oleh perusahaan analitik yang berbasis di London, Inggris, Airfinity Ltd.

Dikutip dari laman www.hindustantimes.com, Jumat (23/12/2022), menurut Airfinity Ltd., gelombang kasus saat ini diperburuk oleh desakan China untuk menghapus protokol Covid-19.

Baca juga: Mengenal BF.7, Subvarian Omicron Pemicu Lonjakan Kasus Covid-19 di China

Ini yang akhirnya membuat sub-varian baru Omicron muncul, yakni BF.7.

Kasus baru setiap harinya pun diprediksi meningkat menjadi 3,7 juta pada bulan depan dan angka yang menakutkan tercatat pada Maret lalu saat jumlah kasus mencapai 4,2 juta.

Pemodelan skala dan jumlah korban wabah terbaru China oleh Airfinity Ltd ini menggunakan data provinsi dan menggarisbawahi dampak dari keputusan pemerintahan Presiden Xi Jinping yang secara tiba-tiba membatalkan kebijakan 'nol Covid' yang kontroversial itu.

Ahli Epidemiologi Amerika Eric Feigl-Ding pun minggu ini mengatakan bahwa keputusan ini seolah 'membiarkan siapapun yang terinfeksi, biarkan terinfeksi.

Berita Rekomendasi

Lalu biarkan siapapun yang perlu mati untuk mendekat'.

Peringatan lebih dari satu juta kasus harian yang disampaikan kelompok London itu terkait dengan apa yang diklaim oleh Wu Zunyou dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China.

Menurutnya 'gelombang pertama akan berlangsung dari sekarang hingga pertengahan Januari 2023.

Baca juga: China Punya Aturan Baru Hitung Kasus Kematian Akibat Covid-19

Sedangkan gelombang kedua kemungkinan akan menyusul segera setelahnya.

Lalu yang ketiga, kata dia, akan berlangsung dari akhir Februari 2023 hingga pertengahan Maret 2023, saat orang kembali untuk bekerja dari liburan mereka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas