Tingkat Kelahiran Rendah, Pemerintah China Pertimbangkan Fasilitasi Wanita Lajang dengan Bayi Tabung
Demi menekan rendahnya angka kelahiran di China, pemerintah kini mempertimbangkan untuk memfasilitasi wanita lajang dengan program bayi tabung.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Ia pun ingin program itu tersedia secara nasional, jika dia tidak menemukan pasangan tetapi situasi keuangannya memungkinkan dia untuk memiliki seorang anak.
“Ada beberapa wanita yang tidak ingin menikah tetapi mereka masih ingin punya anak. Saya mungkin memilih untuk melakukan katanya," katanya.
Baru-baru ini, India melampaui China sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia.
Baca juga: 24.000 Orang di India Tewas akibat Gelombang Panas Sejak 1992, Durasi Panas Diprediksi Naik di 2060
Menurut proyeksi PBB, yang dihitung melalui berbagai faktor termasuk data sensus dan angka kelahiran dan kematian, India kini memiliki populasi 1.425.775.850, melampaui China untuk pertama kalinya.
Ini juga untuk pertama kalinya sejak 1950, ketika PBB pertama kali mulai mencatat populasi global, China terlempar dari posisi teratas.
Mengutip The Guardian, penurunan populasi China kemungkinan terjadi karena undang-undang ketat selama beberapa dekade lalu untuk mengendalikan angka kelahiran yang melonjak di negara itu, termasuk pengenalan kebijakan satu anak pada 1980-an.
Kebijakan tersebut termasuk denda karena memiliki anak tambahan, aborsi paksa dan sterilisasi.
Pada awalnya kebijakan itu sangat efektif dalam mengendalikan populasi.
Tetapi kini justru China mengalami penurunan angka kelahiran tajam yang dapat menimbulkan implikasi pada perekonomian.
Bagian dari masalahnya adalah karena adanya preferensi tradisional di mana orang tua lebih memilih memiliki anak laki-laki untuk kebijakan satu anak, menyebabkan ketidakseimbangan gender yang besar.
Pria di China sekarang melebihi jumlah wanita sekitar 32 juta.
“Bagaimana negara sekarang bisa menopang angka kelahiran, dengan jutaan perempuan hilang?” tanya Mei Fong, penulis One Child, sebuah buku tentang dampak kebijakan tersebut.
Kebijakan baru-baru ini yang memberikan tunjangan kepada perempuan untuk memiliki lebih banyak anak, rupanya tidak banyak membantu dalam merangsang pertumbuhan populasi.
Wanita hanya memiliki rata-rata 1,2 anak dan populasi diperkirakan akan turun hampir 10 persen dalam dua dekade mendatang.