Ukraina Angkat Transgender dari Amerika Serikat Jadi Juru Bicara Militer
Transgender ini awalnya bekerja di Ukraina sebagai reporter USA Today dengan label "koresponden perang transgender terbuka pertama di dunia."
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
"Saya tidak pernah merasa begitu terhormat (saat) membaca dua pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Ukraina dan Wakil Menteri Pertahanan Hanna Maliar mengenai pekerjaan saya atas nama kemenangan," kicau Ashton-Cirillo pada hari Kamis.
"Dukungan resmi untuk pengabdian saya di Ukraina ini, terjadi begitu cepat dan terbuka, sangat humble dan valid lewat cara yang saya tidak akan pernah bisa saya gambarkan," kata dia.
Kabar tentang jabatan baru Ashton-Cirillo menimbulkan komentar negatif dari beberapa blogger Rusia.
Namun, Ashton-Cirillo yang berpangkat sersan junior itu langsung mendapat pembelaan oleh tokoh Ukraina.
Di antara mereka adalah Inna Sovsun—anggota parlemen Ukraina—yang memberi selamat kepada Ashton-Cirillo sambil mengkritik para penentang.
"@SarahAshtonLV adalah wanita pemberani yang membela #Ukraina! Dia pantas dihormati & terima kasih! Sarah, saya mengucapkan selamat kepada Anda atas posisi juru bicara Pasukan Pertahanan Teritorial Angkatan Bersenjata Ukraina!" tulis Sovsun di Twitter. "Kebencian dari propaganda Rusia adalah bukti bahwa Anda melakukan segalanya dengan benar!" kicau Inna Sovsun.
Sebut Reaksi Kubu Rusia Berbisa dan Kasar
Ashton-Cirillo juga merespons atas reaksi yang dia terima dari pihak-pihak di Rusia atas posisi juru bicara militer yang kini dia sandang tersebut.
"Ketika stasiun televisi Rusia Channel One dan sejumlah besar halaman Telegram yang dipandu Kremlin berjumlah jutaan orang melaporkan bahwa saya ditunjuk sebagai juru bicara resmi bahasa Inggris Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina, tanggapan dari komplotan rahasia Moskow, seperti yang diharapkan, berbisa dan kasar," tulisnya.
Ashton-Cirillo melanjutkan pesannya dengan menyoroti dukungan yang dia terima dari Mailar, komandan langsungnya, rekan-rekannya di Studio Media Pasukan Pertahanan Teritorial dan Kementerian Pertahanan Ukraina.
Dia juga mengaku diserang secara online karena identitasnya sebagai wanita transgender.
"Bagian dari narasi yang digunakan terhadap saya oleh penjahat perang propagandis di Rusia difokuskan pada identitas saya. Itu adalah garis serangan yang menggelikan karena di Ukraina kami tidak berjuang untuk toleransi atau penerimaan untuk kelompok orang tertentu tetapi kebebasan dan pembebasan untuk semua. orang," kata Ashton-Cirillo.
"Ini adalah konsep yang akan disaksikan seluruh dunia setelah kembalinya Ukraina ke perbatasannya tahun 1991 dan penerapan formula perdamaian 10 poin Presiden [Volodymyr] Zelensky," kata dia.