Profil Dan Rice, Penasihat Militer yang Sarankan Ukraina Pakai Tank Usang Soviet Lawan Ranjau Rusia
Meksi tank era Soviet sudah usang, tapi itu bisa menekan risiko habisnya stok tank-tank terbaru yang disuplai Barat dalam menaklukkan ribuan ranjau
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
"Ini adalah pelajaran pahit bagi pasukan Ukraina,” kata dia.
Ukraina melancarkan serangan balasan terhadap posisi Rusia pada awal Juni setelah diperkuat oleh ratusan tank berat dan persenjataan Barat lainnya.
Namun, menurut pihak Moskow, serangan balasan Ukraina sejauh ini gagal memperoleh wilayah yang signifikan.
Pada awal Agustus, Kementerian Pertahanan Rusia memperkirakan kerugian Ukraina mencapai lebih dari 43.000 personel militer sejak dimulainya serangan.
Ukraina juga menderita kerugian besar dalam peralatan militer.
Moskow mengklaim telah menghancurkan hampir 5.000 unit, termasuk setidaknya 25 kendaraan tempur infanteri Leopard dan 21 kendaraan tempur infanteri Bradley dari pihak Ukraina.
Pada pertengahan Juli, New York Times melaporkan bahwa Ukraina telah kehilangan sekitar 20 persen peralatannya yang dikirim ke medan perang.
Sebuah laporan Wall Street Journal, yang diterbitkan pada waktu yang hampir bersamaan, mengatakan para pendukung Kiev “terkejut” dengan tingkat kerugian yang terjadi.
Para pejabat di Kiev telah mengakui kesulitan dalam serangan balasan, merujuk pada perlawanan keras Rusia.
Kurangnya kekuatan udara, keterlambatan pengiriman senjata Barat, dan pertahanan serta ladang ranjau yang tangguh yang mampu dibangun Moskow pada minggu-minggu sebelum serangan balasan, menjadi sejumlah faktor kenapa counter-offensive Ukraina belum berhasil sejauh ini.
Profil Dan Rice
Dari situs thayerleadership, Dan Rice adalah lulusan Akademi Militer AS di West Point pada tahun 1988.
Dia juga merupakan Co-Presiden Thayer Leadership.
Selain itu, Dan Rice merupakan Rektor American University Kyiv, yang didukung oleh Arizona State University, Universitas terakreditasi Amerika pertama di Ukraina.
Dan tercatata pernah menjadi Penasihat Khusus Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi dan telah melakukan perjalanan antara Washington, DC dan Kyiv selama perang.