Rusia-Amerika Tegang di Bumi, Akur di Luar Angkasa
ISS adalah tempat langka untuk kerja sama antara Amerika Serikat dan Rusia, yang hubungannya terputus setelah Moskow melancarkan invasi ke Ukraina
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kononenko (59) dan Chub (39) dijadwalkan menghabiskan satu tahun di ISS, sementara O'Hara (40) menghabiskan enam bulan di luar angkasa.
Itu adalah misi luar angkasa pertama bagi O'Hara dan Chub.
Chub mengatakan bahwa bepergian ke luar angkasa adalah "impian masa kecilnya" dan dia telah mendedikasikan "seluruh hidupnya" untuk mencapai tujuan tersebut.
Ketiganya menggantikan Dmitry Petelin dan Sergey Prokopyev dari Rusia, serta astronot NASA Frank Rubio, yang telah menghabiskan satu tahun di ISS.
Meskipun ketiganya seharusnya kembali pada bulan Maret, misi mereka harus diperpanjang setelah kapal mereka, Soyuz MS-22, mengalami kebocoran cairan pendingin menyusul kerusakan yang diduga disebabkan oleh meteoroid kecil.
"Mereka sekarang akan kembali ke Bumi dengan MS-23," menurut Roscosmos.
Presiden Rusia Vladimir Putin berupaya memperkuat kerja sama antariksa dengan Tiongkok seiring dengan meningkatnya kecaman dan sanksi Barat atas serangan Moskow di Ukraina.
Pada hari Rabu, Putin menjamu pemimpin Korea Utara yang tertutup, Kim Jong Un, di pelabuhan antariksa Vostochny yang baru di wilayah Timur Jauh Rusia, dan keduanya membahas kemungkinan pengiriman warga Korea Utara ke luar angkasa.
Bulan lalu, modul Luna-25 Rusia jatuh di permukaan Bulan setelah insiden saat melakukan manuver pra-pendaratan, yang sangat memalukan bagi Moskow.
Misi tersebut dimaksudkan untuk menandai kembalinya Rusia melakukan eksplorasi bulan secara mandiri di tengah kesulitan keuangan dan skandal korupsi, serta semakin terisolasinya negara tersebut dari Barat.
Moskow terakhir kali mendaratkan wahana di Bulan pada tahun 1976, sebelum beralih dari eksplorasi bulan ke misi ke Venus dan membangun stasiun luar angkasa Mir.