Iran Ancam Tutup Selat Gibraltar Jika Israel Tak Berhenti Mengebom Gaza
Gaza sudah menjadi lautan darah. Lebih dari 20 ribu orang tewas dan 50 ribu lebih luka-luka.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Iran mengancam menutup Selat Gibraltar dan Laut Mediterania jika Israel dan sekutunya terus melakukan 'kejahatan' di Gaza.
Gaza sudah menjadi lautan darah. Lebih dari 20 ribu orang tewas dan 50 ribu lebih luka-luka. Sebagian besar korban anak-anak dan perempuan.
Sekira 2 juta orang terusir dari rumahnya. Dalam pengungungsian, banyak orang kelaparan dan jauh dari akses pengobatan.
Tak ada satu pun tempat aman di Gaza sejak Israel membombardir wilayah tersebut tanpa pandang bulu.
Iran merupakan negara yang terang-terangan menyampaikan dukungannya terhadap Hamas, kelompok yang memerangi Israel di Gaza.
Untuk menghentikan kegilaan Israel dan tentaranya, Iran menyampaikan ancaman serius.
Garda revolusi Iran akan menutup Selat Gibraltar dan Laut Mediterania yang menjadi jalur perdagangan utama wilayah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah dan menyumbang seperlima perdagangan maritim dunia.
“Mereka akan segera menunggu penutupan Laut Mediterania, (Selat) Gibraltar dan saluran air lainnya,” kata Brigadir Jenderal Mohammad Reza Naqdi, anggota senior Korps Revolusi Islam Iran, seperti dikutip Daily News.
Tidak jelas bagaimana Iran menutup selat Gibraltar dan Laut Mediterania mengingat negara tersebut tak punya akses langsung.
Namun, Iran memiliki proksi d sejumlah negara yang memiliki akses ke selat Gibraltar dan Laut Mediterania. Sebut saja Suriah dan Lebanon.
Di Libanon ada Hizbullah. Saat ini kelompok tersebut aktif membuat Tentara Pertahanan Israel (IDF) super sibuk.
Sementara di Suriah ada Brigade Zaynabiyoun.
Brigade Zaynabiyoun adalah milisi Syiah Pakistan yang didirikan pada tahun 2014 oleh Korps Garda Revolusi dan dilatih oleh Pasukan Qods.
Mereka telah merekrut warga Pakistan yang tinggal di Iran dan juga dari wilayah kesukuan Pakistan. Mereka telah berperang dengan pasukan rezim Assad di Suriah.
Naqdi berbicara tentang 'lahirnya kekuatan perlawanan baru dan penutupan saluran air lainnya'.
“Kemarin, Teluk Persia dan Selat Hormuz menjadi mimpi buruk bagi mereka, dan hari ini mereka terjebak… di Laut Merah,” tambah Naqdi.
Ancaman Iran tak bisa dipandang sebelah mata. Di Laut Merah ada Houthi yang menjadi momok bagi kapal-kapal komersial yang melintasi wilayah tersebut.
Houthi diketahui sebagai proksi Iran.
Namun wakil Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri menolak klaim bahwa mereka terlibat dalam serangan Houthi.
“Perlawanan (Houthi) mempunyai alatnya sendiri. Mereka bertindak sesuai keputusan dan kemampuannya sendiri,” kata Bagheri kepada kantor berita Mehr.
Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran, yang berbasis di Yaman, telah menyerang beberapa kapal dagang yang berlayar melalui Laut Merah sebagai pembalasan terhadap serangan brutal Israel di Jalur Gaza.
Mereka mengganggu perdagangan global dan memaksa beberapa perusahaan pelayaran untuk beralih rute.
Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa Iran 'sangat terlibat' dalam perencanaan serangan ini.