Komando Pertahanan Israel Ingin Belanja Besar-besaran, Siagakan 200 Mesin Tempur di Gaza
Kementerian Pertahanan Israel berencana membeli lebih dari 200 kendaraan lapis baja untuk dikerahkan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Garudea Prabawati
Militer Israel atau IDF mengatakan pihaknya telah sukses menyerang sejumlah sasaran di distrik Shaboura di Rafah.
IDF juga mengumumkan bahwa mereka juga telah menyelamatkan dua tawanan yang dibawa oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.
Para pejabat militer mengatakan para tawanan itu, yang bernama Fernando Simon Marman dan Louis Har, berada dalam kondisi baik.
Sementara itu, Hamas memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah akan merusak perundingan untuk membebaskan sisa tawanan kelompok tersebut di Gaza.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin berjanji untuk terus melanjutkan serangan.
“Hanya tekanan militer yang berkelanjutan, hingga kemenangan penuh, yang akan menghasilkan pembebasan semua sandera kami,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Serangan terbaru di Rafah ini terjadi ketika Israel sedang bersiap melancarkan serangan besar-besaran, yang dikhawatirkan oleh lembaga bantuan akan mengakibatkan banyak korban sipil di wilayah terakhir yang relatif aman di Gaza.
Sekitar 1,4 juta warga Palestina, atau lebih dari separuh penduduk Gaza, memadati Rafah untuk menghindari pemboman Israel.
Hamas mengutuk Israel atas serangan tersebut.
Hamas menyebut serangan tersebut adalah perluasan ruang lingkup pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.
“Serangan tentara pendudukan Nazi terhadap kota Rafah malam ini... yang telah merenggut nyawa lebih dari seratus orang sejauh ini, dianggap sebagai kelanjutan dari perang genosida dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan terhadap rakyat Palestina,” kata kelompok tersebut dalam siaran pers.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada hari Minggu (11/2/2024) memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak melancarkan serangan terhadap Rafah tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk menjamin keselamatan warga sipil.
Netanyahu menjanjikan perjalanan yang aman bagi warga Palestina di Rafah.
Tetapi nyatanya, ketidakjelasan mengenai rencana evakuasi memicu kekhawatiran bahwa warga Palestina mungkin akan terdorong ke Semenanjung Sinai di Mesir, yang memicu ketegangan dengan Kairo.
Netanyahu pada hari Minggu mengatakan kepada Fox News bahwa ada banyak ruang di utara Rafah.
"Di situlah kami akan mengarahkan mereka," katanya, tanpa menentukan dengan jelas bagian Gaza mana yang aman untuk evakuasi.
(Tribunnews.comm/ Chrysnha, Tiara Shelavie)