Pemuda Palestina Ini Seorang Diri Hadapi Pertempuran 7 Jam Lawan Israel, AU IDF Sampai Turun Tangan
Seorang diri menghadapi segambreng pasukan IDF, mantan dinas keamanan Palestina ini melukai 7 tentara Israel dalam pertempuran 7 jam di Tepi Barat
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Dia menambahkan, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Net, kalau Mansour terhitung sangat taktis dalam bertempur.
“Dia tampaknya dapat memanfaatkan sifat pegunungan di daerah tersebut, dan memilih jam-jam setelah fajar dengan kabut yang relatif, dan ini membantunya saat terlibat dalam pertempuran. Selama periode ini, peretmpuan menimbulkan banyak korban (IDF)," kata AKram.
Akram Natsheh menunjukkan, daerah di mana penyerangan itu terjadi "sangat dekat dengan kota Tel Aviv, yang merupakan hal paling berbahaya dalam operasi tersebut, terutama karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang paling luas di Tepi Barat di mana pasukan pendudukan IDF memiliki banyak sistem pengawasan dan pengintaian."
Akram Natsheh meyakini kalau operasi Mansour ini kemungkinan besar merupakan “operasi individu,” dengan menjelaskan kalau “tidak ada struktur militer terorganisir di Tepi Barat untuk berbagai faksi perlawanan Palestina.”
“Meskipun banyak operasi (penyerangan terhadap IDF) yang dilakukan berafiliasi dengan faksi, namun operasi yang dilakukan belakangan ini bersifat individual atau sel yang sangat kecil,” katanya.
Baca juga: Api Gaza Menjalar ke Tepi Barat: Brigade Tulkarem Himpun Pasukan, Brigade Jenin Duluan Serang Israel
Dia menunjukkan perbedaan besar antara konsep operasi terorganisir dan operasi individu.
“Dulu, operasi terorganisir berarti kehadiran organisasi militer dengan strukturnya yang jelas, dan operasi tersebut dilakukan dalam struktur militer ini, tetapi sekarang organisasi ini strukturnya tidak ada, jadi operasi di sebagian besar dari mereka tampak seperti operasi individu meskipun pelakunya adalah anggota salah satu organisasi perlawanan,” kata dia.
Dalam penjelasannya tentang pentingnya pekerjaan Mansour sebelumnya di dinas keamanan Palestina, Akram Natsheh mengatakan kalau partisipasi mantan atau personel keamanan saat ini tidak lagi menjadi hal yang luar biasa.
“Belakangan ini, kita telah menyaksikan partisipasi aparat keamanan dalam operasi. Memang benar jumlah mereka sedikit, namun hal tersebut memberikan indikasi penting mengenai kemungkinan kelompok ini ikut serta jika terjadi konfrontasi di Tepi Barat , seperti Intifada Al-Aqsa, atau yang kita saksikan dalam konteks kelompok bersenjata seperti sarang singa di kota Nablus, yang didasarkan pada anggota pasukan keamanan Palestina yang mengundurkan diri dari tugasnya,” katanya.
Sehubungan dengan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, pendudukan telah meningkatkan operasinya di Tepi Barat, di mana jumlah martir mendekati 450 orang, sementara jumlah tahanan telah melebihi 7.700 orang.
Di sisi lain, lingkaran operasi Palestina yang menargetkan tentara pendudukan Israel dan pemukim telah meluas di banyak wilayah di Tepi Barat.
(oln/khbrn/*)