Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perang Terus Berlanjut, Defisit Keuangan Israel Meningkat hingga Rp 639,7 Triliun

Postur keuangan negara Israel dilaporkan terimbas langsung karena berlarutnya Perang Gaza. Saat Hamas tetap eksis, Israel mengalami defisit fiskal

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Perang Terus Berlanjut, Defisit Keuangan Israel Meningkat hingga Rp 639,7 Triliun
anadolu
(Foto hanya ilustrasi) Brigade Al-Qassam meluncurkan sejumlah roket ke Tel Aviv, Israel, Minggu (26/5/2024). Perang yang berlarut berdampak langsung pada postur keuangan dan fiskal Israel yang mengalami defisit dalam jumlah besar. 

Kota Eilat juga sudah terdampak parah oleh perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023 karena pariwisata dan perdagangan di sana dihentikan sepenuhnya. Di samping itu, ada banyak warga di sana yang kehilangan pekerjaan.

Seorang pengacara sekaligus jurnalis asal Kanada bernama Dimitri Lascaris sempat berkunjung ke Eilat tanggal 17 Maret.

Dia berujar operasi militer yang dilakukan Houthi telah membuat pelabuhan itu kosong, tak disambangi kapal kargo.

Bangkrutnya Eilat menjadi topik yang ramai dibicarakan di media sosial X. Ada yang menyebutkan bahwa Houthi telah mencapai tujuannya dalam melawan Israel.

Pada bulan Desember 2023 pelabuhan itu dilaporkan kehilangan 85 persen perdagangannya karena serangan Houthi.

Manajemen Eilat meminta bantuan keuangan dari pemerintah Israel. Namun, belum tentu pemerintah akan membantunya karena kondisi ekonomi sedang bergejolak.

Eilat “tercekik”

Eilat sebenarnya dilindungi oleh sistem pertahanan antirudal. Namun, hal itu tak bisa mencegah ekonomi Eilat memburuk karena serangan.

BERITA TERKAIT

Golber menyebut Houthi berusaha “mencekik Eilat dan ekonominya”. Dia menyinggung banyaknya kapal yang memilih jalur mengitari Afrika.

Jalur itu membuat pelayaran makin panjang dan biaya makin mahal.

Pada bulan Januari lalu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui Resolusi 2722 yang isinya mendesak Houthi untuk menghentikan serangannya di Laut Merah.

Baca juga: Perlawanan Islam Irak Umumkan Serangan Target Penting di Kota Pelabuhan Eilat, Israel Selatan

Golber meminta Amerika Serikat (AS) agar lebih terlibat dalam melawan Houthi. Dia meyakini jika AS dianggap “lemah”, persoalan Eilat mungkin akan bertambah parah.

Sementara itu, Eli Bar Yossef yang menjadi CEO Pelabuhan Isdud meremehkan pentingnya Eilat.

Yossef mengklaim Isdud bisa menerima barang dagang yang awalnya akan dikirim ke Eilat.

“Ini masalah bagi Eilat, bukan masalah besar bagi kami,” kata Yossef dikutip dari Al Mayadeen.

Adapun Direktur Hubungan Internasional dan Pengembanan Bisnis pada Federasi Kamar Dagang Israel, Sarit Fishbane, mengatakan biaya pelayaran telah melonjak karena “tantangan logistik”.

“Di Israel, sektor konstruksi telah terdampak parah, dan kita juga melihat meningkatnya permintaan akan peralatan darurat dan produk pangan yang punya umur simpan yang lama,” ujar Fishbane.

Seorang konsultan keamanan bernama Richard Hussey mengatakan pelabuhan-pelabuhan Israel seperti Haifa dan Isdud juga berada dalam jangkauan roket Hizbullah.

Oleh karena itu, eskalasi besar bisa memunculkan serangan yang menghentikan perdagangan.

(oln/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas