Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemimpin Oposisi Israel Lempar Kritik Pedas, Sebut Netanyahu Pecundang dan Pengecut

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menyatakan bahwa kekuatan militer, politik, dan internal pendudukan Israel telah retak dan runtuh.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Pemimpin Oposisi Israel Lempar Kritik Pedas, Sebut Netanyahu Pecundang dan Pengecut
JACK GUEZ / AFP
Mantan perdana menteri Israel dan pemimpin oposisi Yair Lapid mengadakan konferensi pers tentang anggaran negara yang akan datang, di Tel Aviv pada 16 Mei 2023. Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menyatakan bahwa kekuatan militer, politik, dan internal pendudukan Israel telah retak dan runtuh. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyatakan kekuatan militer, politik, dan internal pendudukan Israel telah retak dan runtuh.

Berbicara di Knesset pada Senin (15/7/2024), Lapid menekankan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyadari kenyataan ini dan mengkhawatirkannya.

"Itulah sebabnya dia mencegah pembentukan komite investigasi resmi," ucap pemimpin oposisi Israel itu.

Belakangan, Lapid tidak menahan diri dalam melontarkan kritian pedasnya.

"Netanyahu bukanlah korban, tetapi seorang pengecut dan pecundang," ucapnya, seraya menambahkan Netanyahu "hanya peduli pada dirinya sendiri dan kepentingannya sendiri."

Beberapa hari yang lalu, Radio Angkatan Darat Israel mengutip pernyataan Lapid : "Israel perlu menghentikan perang, membuat kesepakatan, dan membawa kembali para tawanan."

Ia lebih lanjut menekankan Israel selalu menentang perang jangka panjang, karena militernya bergantung pada pasukan cadangan, yang tidak cocok untuk jenis peperangan ini.

BERITA TERKAIT

Terlebih lagi, dalam tajuk rencana Minggu yang berjudul "Momen Ujian Publik", surat kabar Israel Haaretz mengungkapkan kesepakatan pertukaran tahanan yang serius saat ini sedang dibahas di "Israel".

Situs web tersebut menyatakan kesepakatan tersebut diharapkan dapat memulangkan sebagian tawanan, bersama dengan rencana yang disepakati untuk diskusi di masa mendatang terkait pembebasan tawanan yang tersisa, sekaligus bertujuan untuk mencegah pecahnya perang skala penuh di wilayah tersebut.

Haaretz menyoroti keluarga para tawanan, dengan para pemukim Israel, telah menunggu pembebasan tawanan yang ditahan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, dan menekankan mereka "sudah mengalami kekecewaan."

Surat kabar itu menunjukkan ini bukan pertama atau kedua kalinya kesepakatan itu tampak hampir tercapai, tetapi berulang kali, karena satu dan lain alasan, kesepakatan itu gagal membuahkan hasil.

Baca juga: Israel Bom Sekolah di Nuseirat, Sekjen PBB: Tiap Titik di Gaza Potensial Jadi Killing Zone

"Namun kali ini tampaknya peluang tercapainya kesepakatan lebih besar dari sebelumnya," papar Haaretz.

Rudal Israel yang tidak meledak digunakan untuk menyerang tank-tank Israel

Dalam perkembangan lain, pejuang Hamas mengklaim mereka menemukan rudal Israel yang tidak meledak dan menggunakannya untuk menargetkan dua tank Israel di lingkungan Tal al-Hawa di Kota Gaza yang menyebabkan jatuhnya korban, pengamat perang melaporkan.

Institut Studi Perang (ISW) dan Proyek Ancaman Kritis (CTP), keduanya berpusat di AS, mengatakan penggunaan rudal Israel yang diselamatkan adalah satu-satunya serangan yang dilaporkan oleh pejuang Palestina di Kota Gaza pada Senin, setelah berminggu-minggu operasi darat yang menghancurkan oleh pasukan Israel.

Di sebelah selatan Kota Gaza, para pejuang Jihad Islam Palestina (PIJ) menggunakan peluru mortir terhadap unit Israel yang ditempatkan di Koridor Netzarim dan di sebelah selatan kota Rafah, para pejuang PIJ dan Brigade Martir Al-Aqsa menembakkan granat berpeluncur roket, peluru termobarik, dan mortir ke arah pasukan Israel di daerah Yibna.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas