Serangan Houthi ke Kapal Minyak Yunani Bawa Bencana, Laut Merah Terancam Kena Polusi Lingkungan
Houthi dilaporkan menyerang sebuah kapal tanker isi minyak berbendera Yunani, Seunion, di Laut Merah pada Rabu (21/8/2024).
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Febri Prasetyo
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes atas agresi Israel di Gaza, Palestina yang telah menewaskan lebih dari 29.000 jiwa.
Imbas serangan Houthi, mitra Israel dilaporkan boncos akibat melonjaknya biaya premi atau asuransi mencapai 50 persen saat kapal akan melakukan transit di Laut merah.
Lonjakan tarif terjadi usai angkatan bersenjata Houthi Yaman terus menargetkan ketiga kapal itu, alasan ini yang membuat perusahaan asuransi menjatuhkan tarif premi lebih mahal mencapai ratusan ribu dolar AS untuk kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan AS, Inggris, dan Israel.
“Kapal yang memiliki hubungan dengan Amerika Serikat, Inggris, atau Israel akan dikenakan tarif yang lebih tinggi sekitar 20 hingga 50 persen, lebih banyak dibandingkan kapal lain yang berlayar di Laut Merah,” jelas David Smith, kepala broker asuransi McGill and Partners dikutip dari Almayadeen.
“Langkah ini diambil untuk menghindarkan diri dari ancaman kerugian akibat perusahaan harus menutup bisnis yang resikonya sangat tinggi,” imbuh Smith.
Selain itu imbas serangan Houthi banyak perusahaan Israel, Amerika dan Inggris merugi akibat biaya pengiriman barang mengalami kenaikan sebanyak 100 persen.
Ini karena kapal dagang kargo yang melakukan perjalanan ke Israel harus putar balik mengelilingi Afrika menuju jalur Terusan Suez yang menghubungkan laut Tengah dengan Laut Merah agar tak menjadi sasaran target Houthi Yaman.
Alasan itu yang membuat para mitra Israel untuk menunda aktivitas perdagangan hingga berimbas pada lesunya nilai ekspor dan impor.
Belum diketahui secara pasti kapan ketegangan ini mereda, namun para analis menilai, apabila perubahan jalur terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat memukul ketiga ekonomi negara diatas yang saat ini tengah berada di jurang resesi.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)