20 Desa Hancur dan 60 Orang Tewas Akibat Bendungan Jebol di Sudan, 200 Orang Masih Hilang
Bendungan Arbat memiliki kapasitas 25 juta meter kubik dan merupakan sumber utama air minum bagi kota pesisir Port Sudan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SUDAN - Setidaknya 60 orang tewas setelah bendungan jebol akibat hujan deras di Sudan.
Operasi pencarian saat ini sedang berlangsung tetapi ada kekhawatiran jumlah korban tewas bisa lebih tinggi.
Bendungan Arbat memiliki kapasitas 25 juta meter kubik dan merupakan sumber utama air minum bagi kota pesisir Port Sudan, tempat pemerintahan militer berada.
Setelah dilanda perang saudara selama 16 bulan, Sudan kini mengalami hujan lebat dan banjir yang telah menewaskan puluhan orang dan memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Dikutip dari BBC, Selasa (27/8/2024), runtuhnya bendungan di negara bagian Laut Merah merupakan salah satu insiden terburuk, yang menghanyutkan pertanian dan desa-desa di hilir.
Penduduk setempat, Ali Issa, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa orang-orang "terjebak di tujuh mobil - mereka mencoba mengeluarkannya tetapi tidak bisa".
Korban lainnya, Moussa Mohamad Moussa, mengatakan ia telah diberitahu bahwa di satu daerah "semua rumah dan segala sesuatunya tersapu".
''Angkatan udara berusaha menyelamatkan orang-orang yang terjebak setelah mencari perlindungan di pegunungan, lapor surat kabar lokal Merdameek.
Direktur Otoritas Air negara Laut Merah, Omar Issa Tahir, mengatakan kepada situs berita lokal Akhbar bahwa banjir telah “melenyapkan seluruh wilayah”.
Panglima Angkatan Darat Abdul-Fattah al-Burhan mengunjungi daerah yang terkena dampak banjir.'
Sapu 20 Desa
Banjir bandang telah menjebol bendungan, menyapu bersih sedikitnya 20 desa .
Hujan deras menyebabkan banjir yang meluap dari Bendungan Arbaat pada hari Minggu (25/8/2024).
Jaraknya hanya 40 km (25 mil) di utara Port Sudan, ibu kota nasional de facto dan pangkalan bagi pemerintah, diplomat, lembaga bantuan, dan ratusan ribu orang warga.
"Wilayah itu tidak dapat dikenali lagi. Listrik dan pipa air hancur," kata Omar Eissa Haroun, kepala otoritas air untuk negara bagian Laut Merah.