Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Analis Militer: Ancaman Terbesar Israel Berasal dari Internal, Bukan Hizbullah Ataupun Iran

Analis militer Israel menyebut ancaman terbesar untuk negaranya bukan berasal dari Hizbullah ataupun Iran, tapi dari kalangan internal.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
zoom-in Analis Militer: Ancaman Terbesar Israel Berasal dari Internal, Bukan Hizbullah Ataupun Iran
AFP/AHMAD GHARABLI
Demonstran menyalakan api dan memblokir jalan selama protes terhadap pemerintah Israel dan menuntut pembebasan sandera yang ditahan oleh gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober, di Yerusalem pada 31 Maret 2024 - Analis militer Israel menyebut ancaman terbesar untuk negaranya bukan berasal dari Hizbullah ataupun Iran, tapi dari kalangan internal. 

TRIBUNNEWS.com - Analis militer dari Channel 13 Israel, Alon Ben David, menyebut kegigihan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tetap berada di Koridor Philadelphia dan Poros Netzarim, justru memicu konflik regional yang lebih luas, serta perang tanpa akhir di Gaza.

Dalam pernyataannya yang dirilis oleh surat kabar Maariv Israel, Ben David juga menyebut sikap Netanyahu itu akan terus menghalangi semua kesepakatan pertukaran tahanan dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.

Ia kemudian menegaskan, ancaman lebih besar bagi Israel justru datang dari "dalam (internal)", bukan dari Hizbullah ataupun Iran.

Ancaman itu, kata Ben David, adalah kehadiran "kaum anarkis yang ceroboh di pemerintahan" yang telah menjelma menjadi sebuah mekanisme terorganisasi.

Kehadiran kaum-kaum itu, lanjutnya, bertujuan membubarkan lembaga-lembaga yang belum mematuhi keinginan mereka, dengan terus-menerus menyerang Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Mossad, dan Shin Bet, dilansir Al Mayadeen.

Ben David berpendapat, "jika 7 Oktober 2023 adalah awal dari disintegrasi Israel dan pemicu perang dengan seluruh wilayah sekitarnya, maka alih-alih berdoa agar hal itu berakhir, mereka (kaum-kaum anarkis) justru melakukan segala cara untuk mempercepat (perang regional terjadi)."

Ia pun meminta aparat keamanan untuk "tidak diam-diam mengatakan apa yang perlu dikatakan."

BERITA TERKAIT

"Tingkatkan suara untuk membangunkan masyarakat Israel yang belum sadar akan situasi saat ini," imbuh dia.

Di akhir pernyataannya, Ben David menuturkan, "Minggu ini ini, Netanyahu memilih untuk melanjutkan perang di semua lini."

"Seperti biasa, baik dia ataupun siapapun dalam keluarganya, tidak akan menanggung akibatnya atas pilihannya. Kamilah (rakyat Israel) yang akan menanggung akibatnya," pungkas dia.

Israel Berada di Persimpangan

Di pernyataan yang sama, Ben David juga menyinggung Israel saat ini tengah berada di persimpangan.

Baca juga: Klaim Banyak Warga Israel Ingin Tinggalkan Negara, Eks PM Bennet: Semua karena Kebijakan Netanyahu

Mayoritas rakyat Israel, kata Ben David, sedang menyaksikan Israel "jatuh ke jurang" karena masifnya laporan mengenai tewasnya IDF dalam perang yang tak kunjung berakhir.

Tetapi, rakyat Israel memilih untuk tidak menggubris dan menjalankan hidup seperti biasanya.

"Ini seperti sedang menonton sebuah mobil mengalami kecelakaan," ujar dia.

"Kita (Israel) telah mendekati persimpangan berbentuk T selama dua bulan belakangan. Berbelok ke kanan akan membawa kita ke kesepakatan pertukaran sandera dan akhir perang di Gaza, serta kemungkinan kesepakatan di Utara (dengan Lebanon) dan seluruh wilayah."

"Tapi, berbelok ke kiri mengarah pada pengabaian sandera Israel dan perang regional berskala besar," urai Ben David.

Puluhan Tentara IDF Ogah Balik ke Gaza

Sebelumnya, Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan sebanyak 20 tentara Israel dari sebuah brigade infanteri menolak kembali bertempur di Gaza.

Dalam laporannya, Rabu (28/8/2024), KAN mengungkapkan puluhan tentara itu akan menghadapi pengadilan militer jika tak mematuhi perintah atasan.

Sepuluh di antaranya telah menerima pemberitahuan mengenai ancaman pengadilan militer, Selasa (27/8/2024).

Beberapa tentara Israel telah mengindikasikan, setelah 10 bulan bertempur di Gaza, mereka menegaskan tidak bisa kembali lagi, tapi bersedia untuk mengambil tugas lain.

Baca juga: Eks Jenderal Israel: Kami Tak Siap Hadapi Rudal Iran dan Proksinya, Seluruh Negara Akan Hancur

Laporan serupa tentang krisis pasukan muncul dari batalion tambahan di brigadi lain yang juga bertempur di sektor infanteri, dilansir Anadolu Ajansi.

Keluarga dari puluhan tentara Israel yang menolak kembali ke Gaza, mengungkapkan anak-anak mereka dipaksa dan mendapat ancaman akan dipenjara jika tak bersedia.

Menurut pihak keluarga, ancaman itu "tidak dapat diterima."

Pihak keluarga menambahkan, "Hanya beberapa tentara yang cakap yang tersisa di unit mereka (anak-anak)."

Karena itu, momen tersebut dianggap keluarga tentara Israel untuk membantu anak-anak mereka menghadapi sistem yang "tampaknya tidak peduli dengan keadaan mereka."

Menanggapi hal tersebut, seorang juru bicara tentara Israel mengatakan para pemimpin militer sudah "bekerja keras untuk mendukung dan membantu tentara dalam memenuhi berbagai tugas operasional mereka."

"Tidak ada tindakan hukuman, termasuk ancaman penjara, yang akan diambil terhadap para prajurit," imbuh dia.

Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, secara teratur melaporkan tentara Israel terbunuh atau terluka dalam operasi-operasi penting di Gaza.

Pejabat Israel telah berulang kali menyatakan, tentara Israel terlibat dalam pertempuran sengit dengan para pejuang di Palestina dan harus membayar harga yang mahal.

Menurut pembaruan terbaru dari situs web tentara Israel pada Rabu, jumlah korban Israel sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, telah mencapai 704 perwira dan prajurit, termasuk 339 sejak dimulainya invasi darat Israel pada tanggal 27 di bulan yang sama.

Jumlah total perwira dan prajurit yang terluka sejak perang dimulai mencapai 4.398, dengan 2.262 di antaranya cedera sejak dimulainya invasi darat.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas