Hizbullah Tembakkan 1.307 Rudal ke Israel Utara Selama Agustus, Agresi IDF ke Lebanon Gertak Sambal?
Sejauh ini, rencana agresi Tentara Israel itu baru sebatas omon-omon, terlebih Israel kini memfokuskan kekuatan pasukan di Tepi Barat.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kala itu Davidovitch mengklaim tidak akan membuka sekolah hingga militer Israel bisa memastikan keamanan warga Israel utara.
“Saya sudah muak dengan pertunjukan itu. Kita tidak akan memulai tahun ajaran sekolah di tempat yang tidak terlindungi. Penduduk akan menderita [karena keputusan ini], tetapi kemudian mereka akan berterima kasih karena tidak ada yang terluka. Kemarin kalian [pemerintahan Benjamin Netanyahu] menunjukkan kepada kami betapa kalian menganggap rendah kami,” ujar Davidovitch dikutip dari The Cradle.
Dia mengatakan pemerintah Israel tak akan pernah dimaafkan atas hal itu.
“Fakta bahwa kalian meninggalkan kami dan membakar kami hidup-hidup akan tercatat. Kalian menelantarkan kami dan melemparkan kami kepada anjing.”
Davidovitch mengklaim dia tak akan berkomunikasi lagi dengan pemerintah Israel.
Sementara itu, perwakilan Kementerian Pendidikan berujar kepada para kepala daerah bahwa warga mereka akan mendapat bantuan berdasarkan kebutuhan tiap individu.
Sebagian besar pemukiman di Israel utara sudah dievakusi setelah Hizbullah mulai menyerang Israel tanggal 8 Oktober 2023.
Pasukan Israel Kelelahan
Serangan terus-menerus Hizbullah telah membangkitkan rencana Israel untuk melakukan agresi ke Lebanon guna meredam dan memukul mundur pasukan Hizbullah dari garis perbatasan.
Namun, sejauh ini, rencana agresi Tentara Israel itu baru sebatas rencana, terlebih Israel kini memfokuskan kekuatan pasukan di Tepi Barat.
Apa yang membuat ancaman invasi Israel ke Lebanon belum terealisasi?
Surat kabar Amerika Serikat (AS), The American Wall Street Journal mengatakan kalau perang yang telah berkecamuk di Jalur Gaza selama lebih dari 10 bulan telah menghabiskan energi tentara Israel (IDF), khususnya dari divisi cadangan yang menjadi ujung tombak dalam agresi darat tersebut.
Kondisi ini membatasi pilihan Israel, yang dengan hati-hati mempertimbangkan untuk melancarkan perang melawan Lebanon. Hizbullah.
Baca juga: IDF Bagikan Dokumen Skenario Perang Besar-besaran, Hizbullah Menyusup dari Utara dan Tepi Barat
Media AS tersebut mencatat dalam laporannya kalau Israel, sebuah negara kecil dengan populasi kurang dari 10 juta orang, sangat bergantung pada tentara cadangan untuk membantu tentara menjalankan tugasnya di saat krisis.
"Ketika perang di Gaza memasuki bulan ke-11, dan ketika baku tembak terus-menerus terjadi dengan milisi di wilayah tersebut seperti Hizbullah, surat kabar tersebut mengatakan bahwa banyak tentara cadangan mendekati titik puncaknya, karena mereka menderita kelelahan dan frustrasi, dan berjuang untuk bertahan hidup," tulis ulasan Khaberni mengutip lansiran WSJ.