Nasib Pekerja Migran RI di Inggris, Bayar Ribuan Dolar demi Dapat Job Malah Jatuh Terlilit Utang
Para pekerja migran Indonesia yang merantau ke Inggris menjadi pekerja musiman pemetik buah di perkebunan kini malah terlilit utang.
Penulis: Choirul Arifin
Abdul mengatakan dia dan empat pemetik buah asal Indonesia lainnya menerima tiga peringatan tertulis sebelum mereka dipecat dalam waktu lima hingga enam minggu setelah mereka tiba dan baru mulai bekerja di perkebunan tersebut.
Yang dia heran, ada pekerja lain yang juga gagal memenuhi target tapi tidak dipecat seperti dirinya.
“Saat mereka melepaskan kami, pihaknya Haygrove hanya bilang, ‘Maaf, kami juga tidak menginginkan ini’, dan memberikan kami surat resmi yang menyatakan kami telah dipecat dan tiket kami kembali ke Indonesia berangkat keesokan harinya,” ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Al Jazeera, Haygrove mengatakan para pekerja tersebut dipecat karena kinerja mereka yang buruk.
Mereka bilang “berkomitmen terhadap praktik ketenagakerjaan yang adil dan kesejahteraan semua pekerja."
“Pada 24 Juni 2024, lima pekerja Indonesia diberhentikan setelah menjalani proses disipliner yang menyeluruh dan adil karena kinerjanya yang terus-menerus buruk. Pemecatan ini dilakukan sesuai dengan prosedur manajemen kinerja terstruktur kami, yang mencakup beberapa tahap umpan balik, pelatihan, dan dukungan,” kata pihak Haygrove.
Gangmasters and Labor Abuse Authority (GLAA), badan utama Inggris untuk menyelidiki eksploitasi tenaga kerja, awal tahun ini membuka penyelidikan atas kasus tersebut.
Menurut peraturan perizinan GLAA, “pemegang lisensi tidak boleh memungut biaya kepada pekerja untuk layanan pencarian kerja apa pun”. Namun, biaya lain seperti perjalanan dan pemeriksaan kesehatan mungkin dikenakan selama bersifat sukarela.
“Barang atau jasa tambahan harus bersifat opsional dan tidak dapat didiskriminasi jika tidak digunakan,” peraturan tersebut menyatakan.
Dalam pernyataan yang diberikan kepada Al Jazeera, GLAA mengatakan pihaknya sedang menyelidiki keluhan para pekerja.
“Kami saat ini sedang menyelidiki proses perekrutan sejumlah pekerja Indonesia di Inggris dan berupaya untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Saat ini, kami tidak bisa berkomentar lebih jauh saat penyelidikan sedang berlangsung,” katanya.
Buah Ceri menunggu panen di sebuah kebun di Tunisia [File: Mohamed Messara/EPA-EFE]
Haygrove mengatakan pihaknya menanggapi tuduhan pelanggaran dengan “sangat serius” dan sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan GLAA.
“Kami tidak mengetahui adanya biaya perekrutan ilegal sampai kekhawatiran disampaikan oleh pihak ketiga dan kemudian dilaporkan ke Glaa oleh Agri-HR. Haygrove memiliki kebijakan yang tidak menoleransi praktik semacam itu dan secara aktif mendukung penyelidikan GLAA,” kata mereka.