Nasib Pekerja Migran RI di Inggris, Bayar Ribuan Dolar demi Dapat Job Malah Jatuh Terlilit Utang
Para pekerja migran Indonesia yang merantau ke Inggris menjadi pekerja musiman pemetik buah di perkebunan kini malah terlilit utang.
Penulis: Choirul Arifin
“Mereka mengatakan jika saya pergi ke Inggris, saya akan mendapat $65 per hari dengan memetik stroberi. Saya harus berhenti bekerja di Indonesia agar saya bisa fokus mengumpulkan semua dokumen, tapi kemudian saya tidak bisa pergi,” Ali, yang meminta untuk menggunakan nama samaran, mengatakan kepada Al Jazeera.
Ali mengatakan dia sekarang mempunyai utang sekitar $1.300 kepada keluarganya.
“Saya telah menghabiskan semua uang saya. Sebelumnya, saya biasa membeli barang bekas dan menjualnya di pinggir jalan. Saya telah melakukan itu selama 25 tahun dan itu cukup bagi saya untuk menafkahi keluarga saya,” katanya.
“Semua informasi tentang skema tersebut dikirim melalui Forkom, dan mereka memberikan janji yang tidak ditepati. PT Mardel juga mengatakan bahwa kami perlu mentransfer uang kepada mereka untuk menjamin pekerjaan kami di Inggris.”
“Istri dan anak-anak saya menderita karena semua uang kami habis,” kata Ali. “Saya tidak mampu membayar biaya sekolah anak-anak saya dan uang saku mereka. Dampak terbesar terjadi pada keluarga saya. Saya selalu bertengkar dengan istri saya sekarang karena kami tidak punya uang.”
Dalam pernyataan yang dikirim ke Al Jazeera, KBRI London menyatakan mengetahui adanya laporan eksploitasi pemetik buah Indonesia di Inggris.
“KBRI London mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk memastikan penempatan pekerja migran Indonesia musiman ke Inggris sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku di kedua negara,” kata KBRI London.
Kedutaan menyatakan mengetahui bahwa 136 pekerja musiman telah tiba di Inggris dan ditempatkan di tujuh tempat kerja di Inggris pada 22 Juli 2024.
“Penempatan pekerja musiman tersebut telah sesuai dengan rekomendasi Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia serta verifikasi dan konsultasi dengan otoritas terkait di Inggris,” ujarnya.
Menanggapi tuduhan adanya pungutan liar selama proses perekrutan, kedutaan mengatakan pihaknya “mendukung penyelidikan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak berwenang di Indonesia dan Inggris, termasuk mendorong penyelidikan oleh GLAA”.
Andy Hall, seorang aktivis hak-hak buruh yang mendukung pekerja Indonesia, mengatakan perusahaan-perusahaan Inggris semakin banyak yang beralih ke pekerja migran karena Brexit.
Laporan Aisyah Llewellyn/Aljazeera