Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Arab Saudi Luncurkan Serangan Artileri ke Wilayah Yaman, Perdamaian dengan Houthi Bubar?

artileri tentara Arab Saudi menembaki wilayah Yaman di bawah kendali gerakan Ansarallah Houthi setelah kapal tanker mereka diserang di Laut Merah

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Arab Saudi Luncurkan Serangan Artileri ke Wilayah Yaman, Perdamaian dengan Houthi Bubar?
MNA/Tangkap Layar
Media lokal di Yaman mengumumkan pada Senin (10/9/2024) kalau Arab Saudi telah melancarkan serangan artileri di wilayah Yaman yang dikendalikan kelompok Ansarallah Houthi. 

Pada wacana perdamaian Arab Saudi dan Yaman, wacana perjanjian itu akan membuka kerja sama dua negara, terlepas dari pandangan ideologi, dalam berbagai bidang, termasuk kerjasama kemanusiaan untuk Gaza.

Pada kasus Perang Gaza, Michael Maloof, mantan penasihat keamanan di kantor Menteri Pertahanan AS, menilai Washington juga memainkan isu sektarian ini untuk melemahkan dukungan terhadap Hamas dari persatuan Sunni-Syiah.

“Dan sekarang kita mencapai titik di mana Israel, seperti yang kita ketahui sekarang, dapat dilenyapkan jika Sunni dan Syiah bersatu dan menyerang Israel sekaligus dalam serangan dari segala arah,” kata dia dilansir Sputnik.

Baca juga: Eks-Pentagon: Netanyahu Bikin Celaka AS ke Perang Lawan Iran Demi Selamatkan Karier Politiknya

Teruskan Jalan Perdamaian

Meskipun ada tekanan dari Washington, kerajaan Arab Saudi dilaporkan terus melanjutkan jalan menuju perdamaian dengan Yaman.

"Dan Arab Saudi berupaya untuk “mempercepat” penyelesaian perjanjian perdamaian untuk menghindari halangan lebih lanjut yang dilakukan oleh Emirat atau agen lokal,” kata laporan Al-Akhbar

Perunding Saudi dan Yaman telah memberikan komentar terakhir mereka mengenai draft perjanjian tersebut.

Versi revisi tersebut baru-baru ini disampaikan kepada utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, yang telah mulai mengoordinasikan upacara perdamaian resmi.

Berita Rekomendasi

Menurut sumber Al-Akhbar di Riyadh dan Sanaa, perjanjian perdamaian tersebut mencakup pencabutan total blokade darat, laut, dan udara yang diberlakukan di Yaman oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, sebuah “mekanisme konsensus” untuk membayar gaji pegawai publik, dan ekspor minyak gratis dari wilayah yang dikuasai Saudi.

“Keputusan ada di tangan Riyadh, yang berada di bawah tekanan AS untuk menunda penandatanganan dan menjalin aliansi perang melawan Yaman di Laut Merah,” tulis laporan Al-Akhbar menekankan.

Laporan ini menambahkan kalau milisi Yaman proksi (yang didukung) UEA juga berupaya menggagalkan proses perdamaian Saudi dan Yaman.

Situasi terkini di mana Arab Saudi melancarkan serangan artelerinya ke wilayah kendali Houthi, potensial akan menggagalkan jalan perdamaian ini.

USS Carney dikerahkan ke Laut Merah untuk pengamanan di wilayah tersebut
USS Carney dikerahkan ke Laut Merah untuk pengamanan di wilayah tersebut (AFP)

Perdamaian akan Hambat Upaya AS

Sejatinya, perjanjian damai antara Arab Saudi dan Yaman akan secara signifikan menghambat upaya AS untuk mengerahkan satuan tugas angkatan laut internasional ke Laut Merah untuk melindungi perdagangan maritim Israel.

“Pasukan tersebut, yang untuk sementara diberi nama Operation Prosperity Guardian, akan diumumkan oleh menteri pertahanan, Lloyd Austin, ketika dia mengunjungi [Asia Barat],” harian Inggris The Guardian melaporkan pada 17 Desember.

Panglima perang AS akan mengunjungi Israel akhir pekan ini untuk bertemu dengan para pejabat senior.

Menurut media Inggris tersebut, para pejabat Barat yakin Washington mengklaim telah sukses menggaet Yordania, UEA, Qatar, Oman, Mesir, dan Bahrain untuk gabung Satgas Maritim di Laut Merah.

Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Tantang AS Cs, Iran Peringatkan Bakal Ada Banjir Darah di Laut Merah 

Selama beberapa minggu terakhir, angkatan bersenjata Yaman telah melancarkan serangan terhadap kapal komersial terkait Israel yang mencoba melintasi Selat Bab al-Mandab di selatan Terusan Suez.

Sebagai tanggapan, lima perusahaan pelayaran terbesar di dunia telah mengumumkan penghentian total aktivitas di jalur laut penting tersebut.

Perusahaan raksasa itu antara lain adalah OOCL yang berbasis di Hong Kong, CMA CGM Perancis, Maersk Denmark, Hapag-Lloyd Jerman, dan Mediterranean Shipping Co milik Italia-Swiss.

(oln/MNA/tc/spnk/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas