Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pedagang Maut Rusia Dilaporkan Berupaya Jual Senjata ke Houthi, Sebagian Besar Berupa AK-74

Viktor Bout menjadi perantara penjualan senjata ke Houthi yang didukung Iran di Yaman, menurut The Wall Street Journal.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Pedagang Maut Rusia Dilaporkan Berupaya Jual Senjata ke Houthi, Sebagian Besar Berupa AK-74
Sergei Karpukhin / TASS
Viktor Bout. --- Dalam artikel mengulas tentang pedagang senjata Rusia, Viktor Bout, yang dijuluki "Merchant of Death" atau "Pedagang Maut," dilaporkan kembali ke bisnis perdagangan senjata. 

TRIBUNNEWS.COM - Pedagang senjata Rusia, Viktor Bout, yang dijuluki "Merchant of Death" atau "Pedagang Maut," dilaporkan kembali ke bisnis perdagangan senjata.

Ia diduga menjadi perantara penjualan senjata ringan kepada militan Houthi di Yaman, The Wall Street Journal melaporkan pada Senin (7/10/2024).

Viktor Bout (57) dibebaskan dalam pertukaran tahanan antara AS-Rusia pada Desember 2022 lalu.

Bout ditukar dengan bintang basket AS, Brittney Griner, yang ditangkap dengan tuduhan penyelundupan minyak ganja di Rusia.

Selama dua dekade "berkarier" sebagai kriminal, Bout diyakini telah membantu pemberontak dan pemerintah yang sah di berbagai zona konflik, termasuk Afghanistan, Yaman, dan Republik Demokratik Kongo.

Setelah dibebaskan, Bout dilaporkan mengalihkan fokusnya ke politik, menurut Business Insider.

Ia bergabung dengan partai ultranasionalis pro-Kremlin dan memenangkan kursi di majelis lokal.

Berita Rekomendasi

Namun, menurut WSJ, Bout kembali ke bisnis perantara transaksi senjata, sesuatu yang dikhawatirkan oleh pejabat Pentagon beberapa hari setelah pembebasannya.

Pada bulan Agustus lalu, Bout bertemu dua utusan Houthi di Moskow untuk merundingkan pembelian senjata otomatis senilai $10 juta, lapor WSJ.

WSJ mengutip seorang pejabat keamanan Eropa dan individu lain yang mengetahui masalah tersebut.

Tidak jelas apakah negosiasi tersebut dilakukan atas perintah Kremlin atau dengan persetujuan diam-diam.

Baca juga: Pertama Kali Houthi Tembakkan Rudal Zulfiqar Berhulu Ledak 250 Kg ke Israel, Serangan Diklaim Sukses

WSJ juga mengatakan, mereka tidak dapat menentukan sumber pasokan senjata yang direncanakan.

Dua pengiriman pertama sebagian besar akan terdiri dari senapan serbu AK-74, WSJ melaporkan.

Namun, utusan Houthi juga dilaporkan membahas kemungkinan pembelian senjata lainnya, termasuk rudal anti-tank Kornet dan senjata anti-pesawat.

Pengiriman dapat dimulai paling cepat pada bulan Oktober ke pelabuhan Hodeidah di Yaman, tempat Rusia telah melakukan beberapa pengiriman biji-bijian dengan kedok pasokan makanan, kata sumber WSJ.

Intelijen AS mengatakan musim panas ini bahwa Rusia dapat menyediakan rudal antikapal canggih kepada Houthi sebagai balasan atas dukungan Washington terhadap Ukraina.

Namun, tidak ada bukti bahwa rudal tersebut telah dikirim atau Bout terlibat dalam kesepakatan semacam itu.

Steve Zissou, pengacara yang mewakili Bout di AS, tidak mau membahas apakah Bout telah bertemu Houthi.

"Viktor Bout sudah tidak berkecimpung dalam bisnis transportasi selama lebih dari 20 tahun," kata Zissou kepada WSJ.

"Namun, jika pemerintah Rusia mengizinkannya untuk memfasilitasi pengiriman senjata ke salah satu musuh Amerika, itu tidak akan berbeda dengan pemerintah AS yang mengirim senjata dan senjata pemusnah massal ke salah satu musuh Rusia, sebagaimana yang telah dikirim ke Ukraina."

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan Kamis (22/8/2024),
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan Kamis (22/8/2024), (ANSARULLAH MEDIA CENTRE/AFP)

Seorang juru bicara Houthi menolak mengomentari laporan tersebut, dan Kremlin tidak menanggapi permintaan komentar dari WSJ.

Pada Senin, kantor berita milik pemerintah Rusia, RIA Novosti, mengutip pernyataan juru bicara lama Putin, Dmitry Peskov.

"Kremlin cenderung mengkategorikan publikasi tentang dugaan penjualan senjata Viktor Bout sebagai berita palsu," ujarnya.

Kelompok Houthi telah berulang kali menyerang pengiriman komersial di Laut Merah sejak tahun lalu, dengan serangan yang berfokus menargetkan kapal militer Israel dan AS.

Aksi itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina.

Baca juga: Houthi Berjanji Hujani Israel dengan Rudal Hipersonik Palestina-2 Beberapa Hari Lagi, Ada Kejutan?

Houthi bertekad tidak akan berhenti mengganggu Laut Merah sampai Israel menghentikan agresinya.

Houthi juga telah meluncurkan pesawat tak berawak dan rudal ke Israel, yang mereka katakan untuk mendukung warga Palestina di Gaza.

Mengenal Houthi

Mengutip Reuters dan wilsoncenter.org, berikut penjelasan mengenai kelompok Houthi dan mengapa mereka bergabung dalam perang Israel-Hamas-Hizbullah.

Houthi adalah sebuah gerakan Syiah Zaidi yang memerangi pemerintah Yaman, yang mayoritas Sunni, sejak tahun 2004.

Houthi kemudian mengambil alih Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman pada 2016.

Para pejabat pemerintah Yaman dan negara-negara Sunni telah berulang kali menuduh bahwa Iran dan kaki tangannya, Hizbullah, telah memberikan senjata, pelatihan, dan dukungan keuangan kepada Houthi.

Namun, para pejabat Iran dan Hizbullah membantah atau meremehkan klaim tersebut.

Sebagai bagian dari “Poros Perlawanan” yang didukung oleh Iran, Houthi telah mendukung Palestina sejak Hamas menyerang Israel.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyalahkan Israel atas ketidakstabilan di Timur Tengah, dan mengatakan bahwa lingkaran konflik di wilayah tersebut diperluas karena kejahatan yang terus berlanjut.

Kelompok Houthi akan terus melancarkan serangan sampai agresi Israel berhenti, ujarnya pada awal-awal perang.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas