Analisis Korut vs Korsel : Eskalasi Konflik yang Diprovokasi Amerika
Ketegangan di Semenanjung Korea diprovokasi kampanye AS dalam usahanya mengokohkan kehadiran militer AS di dekat Tiongkok.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea memperlihatkan bagaimana AS mendorong beberapa ketegangan dan potensi konflik paling berbahaya di bumi.
“Tidak hanya di Ukraina dan di seluruh Timur Tengah, tetapi juga di Asia Timur, termasuk di Semenanjung Korea," katanya.
Kapal induk USS Carl Vinson, kiri, berlayar bersama kapal perusak Aegis Angkatan Laut Korea Selatan King Sejong the Great.
Turut serta pula kapal perusak Aegis Pasukan Bela Diri Maritim Jepang Kongou di perairan internasional di pantai selatan Semenanjung Korea.
Berletic melanjutkan analisnya sembari mengingatkan reaksi histeris Washington terhadap "balon cuaca China" yang terbang di atas benua AS pada bulan Februari 2023.
Saat itu jet tempur F-22 Raptor dikerahkan untuk menembak jatuh balon tersebut dan retorika konfrontatif ditujukan ke Beijing "untuk membenarkan kebijakan yang lebih agresif terhadap China."
"Dengan mengingat hal ini, reaksi Korea Utara tampaknya sesuai dengan 'norma' yang telah ditetapkan AS sendiri,” tegas Berletic.
Pyongyang, terlepas dari retorikanya, patut dipuji karena menunjukkan kesabaran tak terbatas dalam menanggapi provokasi AS yang bertubi-tubi.
Termasuk menurutnya hasutan yang disponsori negara AS yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas dan menggulingkan pemerintah Korea Utara.
"Kemungkinan besar Korea Utara akan mempertahankan pola protes keras ini sambil menunjukkan kesabaran militernya,” lanjutnya.(Tribunnews.com/Sputnik/xna)