Dibantu Rusia, Iran Tangkis Serangan Israel dengan Rudal Pertahanan Udara Jarak 100 Km
Iran menggunakan sistem pertahanan jarak jauh yang mampu mencegat rudal dIsrael ari jarak lebih dari 100 kilometer
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Iran mengutuk serangan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional, dan menegaskan haknya untuk membela diri berdasarkan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Apakah Iran akan membalas Israel? Itu masih belum pasti; sumber dari Sky News Arabia mengindikasikan kalau Iran mengisyaratkan, melalui perantara, keputusan untuk menahan diri dari pembalasan langsung.
Namun, laporan kantor berita semi-resmi pemerintah Iran, Tasnim menunjukkan bahwa Teheran siap untuk menanggapi dan memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi tindakan balasan yang proporsional.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat mendesak Iran untuk menghentikan tindakan agresifnya, sambil memperingatkan bahwa permusuhan yang berkelanjutan dapat menyebabkan Amerika mendukung pertahanan Israel dan menimbulkan konsekuensi potensial jika ketegangan meningkat lebih lanjut.
Strategi Serangan Israel
Strategi Israel dalam serangannya ke Iran mencerminkan operasi masa lalu mereka terhadap target-target Suriah, khususnya setelah jatuhnya F-16I Israel oleh rudal S-200 Suriah pada tahun 2018.
Intelijen AS yang bocor juga menunjukkan kalau Israel mungkin mempertimbangkan penggunaan rudal balistik jarak jauh yang diluncurkan dari udara terhadap posisi Iran.
Sebagai respons terhadap gelombang serangan awal, pasukan Iran mengerahkan rudal permukaan-ke-udara jarak menengah [SAM] untuk melawan rudal Israel.
"Untuk serangan berikutnya Israel, Iran menggunakan sistem pertahanan jarak jauh yang mampu mencegat rudal dari jarak lebih dari 100 kilometer—suatu kemajuan penting," kata laporan BM.
Di antara persenjataan pertahanan udara Iran terdapat sistem S-300PMU-2 buatan Rusia yang telah ditingkatkan, yang dikenal karena kemampuan intersepsinya yang canggih.
Sementara rudal standar 48N6E2 memiliki jangkauan 200 kilometer, sistem ini dilaporkan kompatibel dengan rudal 48N6DM yang lebih canggih, yang memiliki jangkauan intersepsi hingga 250 kilometer dan dirancang untuk melawan ancaman hipersonik.
Iran memperoleh rudal S-300 yang ditingkatkan ini pada tahun 2020, yang diperkirakan mencakup varian 48N6DM, yang telah berhasil diuji oleh Tiongkok terhadap target yang melaju lebih cepat dari Mach 8 pada jarak 250 kilometer—mengungguli teknologi rudal yang diluncurkan dari udara milik Israel.
Selain sistem S-300, Iran memiliki beragam kemampuan pertahanan udara jarak jauh. Sistem S-200D era Soviet, yang dibuat sejak 1990-an, tetap menjadi salah satu opsi dengan jangkauan terjauh, yang mampu menyerang target pada jarak hingga 300 kilometer.
Meskipun dimodernisasi untuk meningkatkan mobilitas, S-200 terutama dirancang untuk bertahan terhadap ancaman yang lebih besar seperti rudal balistik daripada target udara yang lebih kecil.
Sistem pertahanan udara dalam negeri Iran yang paling canggih, Bavar-373, dilaporkan telah mencapai jangkauan yang mengesankan sejauh 300 kilometer pada bulan April, setelah integrasi rudal Sayyad-4B yang baru.