Reaksi Israel Saat Hizbullah Punya Sekjen Baru, Gallant: Naim Qassem Sementara, Tak Akan Lama
Gallant melalui unggahan di akun X miliknya, mengirim pesan ancaman kepada Naim Qassem kalau penunjukannya itu tidak akan lama.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Dalam laporannya pada 21 Oktober, situs web Erem News yang berbasis di UEA mengatakan kalau Qassem meninggalkan Beirut pada 5 Oktober di sebuah pesawat yang digunakan oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi untuk kunjungan kenegaraan ke Lebanon dan Suriah.
Pemindahannya diperintahkan oleh para pemimpin puncak Iran karena takut akan pembunuhan oleh Israel, kata laporan itu, mengutip sumber.
Siapa Naim Qassem?
Hizbullah.org menggambarkan Qassem sebagai salah satu anggota kelompok paling awal, instrumental sejak pembentukannya, dan seorang ideolog terkemuka dalam jajarannya.
Keterlibatannya dalam jaringan ulama Syiah yang berpengaruh, termasuk tokoh-tokoh seperti Abbas al-Moussaoui, Subhi al-Tufaili, Mohammad Yazbek, Ibrahim Amin al-Sayyed, dan mantan kepala Hassan Nasrallah, membentuk lintasan kariernya dalam organisasi Lebanon tersebut.
Naim Qaseem memegang gelar Bachelor of Science di bidang Kimia dari Universitas Lebanon, selesai pada tahun 1970-an.
Bersamaan dengan itu, ia juga mempelajari subyek agama dan teologis di bawah Ayatollah Mohammed Hussein Fadlallah, seorang sarjana Islam yang berpengaruh. Pada tahun 1974, ia menjadi kepala Asosiasi Pendidikan syiah, peran yang dipegangnya sampai 1988.
Dia juga ikut mendirikan Uni Mahasiswa Muslim Lebanon.
Pada tahun 1991, Qaseem terpilih sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, melangkah ke peran setelah pembunuhan Abbas al-Moussaoui.
Dia juga mengambil posisi yang menonjol di Dewan Syura Hizbullah, badan eksekutif organisasi, di mana dia mengawasi operasi pemerintah dan paramiliter.
Keterlibatannya dalam lingkup ganda ini menggarisbawahi pengaruhnya dalam senjata politik dan operasional Hizbullah.
Naim Qassem yang berusia 71 tahun sering disebut sebagai “nomor dua” Hizbullah.
Selain peran kepemimpinannya, Qaseem dikenal karena tulisan-tulisannya.
Fasih dalam bahasa Prancis, ia menulis "Hizbullah: The Story from Within," yang merinci dasar dan ideologi Hizbullah.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam enam bahasa, termasuk bahasa Arab, Inggris, dan Farsi, yang mencerminkan jangkauan internasional karya dan pemikirannya.