Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Harapan Menjanjikan dari Imunoterapi Tidak Sekadar Euforia

Imunoterapi merupakan terobosan terbaru dalam pengobatan kanker yang menggunakan sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melawan sel-sel kanker

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Harapan Menjanjikan dari Imunoterapi Tidak Sekadar Euforia
Hello Sehat
Mengenal imunoterapi, terobosan baru bagi pasien kanker 

Tantangan dan kendala

Saat ini kendala utama pemberian immunoterapi adalah biaya yang sangat mahal hingga mencapai ratusan juta rupiah.

Dengan demikian, pemberiannya terbatas pada pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.

Tanpa imunoterapi saja, pengobatan kanker sudah sangat mahal.

“Kanker membuat individu menjadi tidak produktif, dan biaya pengobatannya akan menguras keuangan,” sesal Dr. dr. Andhika.

Selain itu belum banyak jenis kanker yang dapat dibuktikan akan baik dengan pemberian immunoterapi.

Saat ini imunoterapi merupakan metode pengobatan kanker yang masih tergolong baru, dan berbagai pusat penelitian di seluruh dunia sedang mengumpulkan data angka keberhasilan untuk digunakan pada berbagai macam kanker.

BERITA REKOMENDASI

“Penggunaan imunoterapi harus mengacu pada guideline yang baku, dan tidak boleh digunakan di luar itu kecuali dalam kerangka penelitian medis, dan dokter harus mengikuti standar prosedur yang baku,” tegas dr Jeffry.

Ia melanjutkan, kebutuhan imunoterapi di Indonesia sangat besar, apalagi ini digadang-gadang sebagai pengobatan masa depan untuk kasus kanker.

"Namun di Indonesia penggunaannya belum luas, masih terbatas, sehingga datanya belum banyak,” katanya.

Sebagai praktisi, dr. Jeffry berharap kehadiran imunoterapi dapat memberi kesintasan yang lebih baik.

“Harus dipahami bahwa imunoterapi bukan tanpa efek samping. Salah satunya, membuat sistem imun terlalu aktif," katanya.

Padahal sistem kekebalan tubuh harus tetap seimbang. Jika terlalu berlebihan, bisa muncul efek samping seperti sesak napas pada saat diberikan imunoterapi, dermatitis, kulitnya bisa meradang. Hal ini berdasarkan pengalaman saya di MRCCC ini.

Andika menyebut, imunoterapi tak hanya meningkatkan PFS, tapi juga membuat kualitas hidup pasien lebih baik.

Secara umum, efek samping dari imunoterapi tidak seberat yang ditimbulkan oleh kemoterapi. Pneumonitis (radang paru) dan radang/ruam pada kulit termasuk yang kerap muncul pada pemberian imunoterapi.

Selain itu, pemberian anti PD-1 di Indonesia juga relatif singkat.

“Biasanya hanya delapan sampai dua belas kali, karena harga obatnya sangat mahal,” imbuhnya.

Sedangkan di negara maju, penggunaan anti PD-1 bisa sampai dua tahun, hingga penyakit kembali muncul.

“Kanker itu never ending story.” Belum ada obat yang bisa memusnahkan kanker 100%. Sedemikian canggih obat yang sudah ditemukan, tapi kemungkinan kanker kambuh atau bermetastasis tetap ada. “Namun bagaimanapun, imunoterapi tetap menjanjikan. Perlu dukungan dari pemerintah, agar penelitian mengenai imunoterapi terus berkembang,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas